Mohon tunggu...
CorMa HuLK
CorMa HuLK Mohon Tunggu... Lainnya - "Anda Tidak Perlu Menjadi Jenius Dalam Berkarya, DIY"

Mahasiswa Asal Belu, Nusa Tenggara Timur. Anggota Komunitas Relawan Grigak Yang Giat Melanjutkan Bara Semangat Rama Mangun Dalam Menebus Hutang Kepada Masyarakat Kecil.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

10 Februari 2020, Rama Mangunwijaya Mudik XXI dari Grigak

19 Februari 2020   00:10 Diperbarui: 19 Februari 2020   00:18 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makam Rama Mangunwijaya, Pr. | dokpri

Permohonan ini mau mengungkapkan bahwa Bangsa Indonesia mempunyai nilai-nilai religiositas, kemanusiaan dan kebangsaan melalui Pancasila. Usaha menghadirkan Eco-Camp di Pantai Grigak yang kering dan tandus adalah cara menghadirkan kesetiakawanan dalam bingkai Pancasila yang ditunjukkan melalui dukungan dan keterlibatan banyak pihak: masyarakat dan tokoh-tokoh Pedukuhan Karang, unsur-unsur sivitas akademika penguruan tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat, pejabat pemerintah, pengusaha, dan penderma. Selain itu, rasa kebersamaan ini diharapkan akan menimbulkan getaran religiositas sejati dalam upaya mendekatkan diri kepada Sang Pencipata.

Demikianlah doa Novena Pembangunan Eco-Camp Mangun Karsa Grigak melalui perantaraan Almarhum Rm. Y.B. Mangunwijaya, Pr. Sembilan hari permohon itu ditutup dengan mendaraskan doa Bapa Kami, Salam Maria, Kemuliaan, dan Rama Mangun-Doakanlah Kami. Amin.

Sembayang siang itu tidak terasa teriknya matahari pukul 12.00. Kami melanjutkan ziarah siang itu dengan menyekar (menaburkankan lapisan-lapisan kuntum mawar merah, pink, dan putih), membakar lilin, dan foto bersama. 

Di sela kegiatan itu, beberapa Relawan Grigak memadahkan sebait doa dalam hati melalui perantaraan Rama Mangun. Yang tidak kalah kesibukannya juga ada aktivitas mendokumentasi deretan peristiwa dan jepretan momen yang berlalu. Begitulah semaraknya peringatan 21 Tahun Rama Mangunwijaya meninggalkan dunia.

Adalah Ibu Kusuma yang sejak pukul 11.00 sudah mengantarkan nasi kotak untuk makan siang Rm. P. Wiryono, SJ. dan anggota Komunitas Relawan Grigak. Kami tidak mengenal Ibu Kusuma. Bagi kami, Ibu Kusuma adalah orang baik yang menginternalisasikan contoh Rama Mangun berbagi kepada sesama.

Makan siang di bawah pohon-pohon mahoni yang rindang. Begitu nikmat dan syahdu. Syahdu adalah negasi dari candu di setiap canda Relawan Grigak. Nikmati rahmat makanan dan syahdu syukur atas kemurahan Sang Pencipta.

Sungguh sebuah rangkaian acara peringatan 21 Tahun Rama Mangunwijaya meninggalkan dunia yang dirancang seperti sebuah orkestra. Memadukan Relawan Grigak yang majemuk dengan budaya-sosial yang jamak.

Acara didesain dengan kondisional demi hasil yang maksimal. Walaupun berhasil, tetaplah belajar demi bekal. Sederhana dipandang, namun jiwa kami membahana bak di tengah padang. Biar kami mengambil sakti demi kasatria di depan bangsa. 

Rama Mangun teguhkan kami, agar kukuh di tengah sesama. Kami Relawan Grigak beragam latar belakang sosial-budaya. Namun bara semanagat Rama Mangun senantiasa bernyala. Dalam naungan Tuhan Yang Maha Esa. Kami mau selalu menjaga asa. Demi Relawan Grigak yang bhinneka tunggal ika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun