Mohon tunggu...
Bani Rasyid
Bani Rasyid Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Masih Tersedia

Pembuat kopi dan menyajikannya via imajinasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Malam Pertama untuk Ayu

24 April 2017   20:34 Diperbarui: 25 April 2017   07:00 4098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam pertama yang kunanti-nantikan tidak seindah yang kubayangkan. Malam ini menjadi sebuah teka-teki silang yang harus terus kupertanyakan. Semua hal tentang malam pertamaku menjadi sangat penasaran. Di ranjang merah yang dihiasi bunga-bunga mawar dan selimut halus malah tidak tersentuh sama sekali. Istriku yang kutung-tunggu kedatangannya juga tidak menunjukan batang hidungnya. Bau tubuh ranum  yang selalu kucium dikala aku bersamanya juga tak terasa sampai ke jiwaku. Hangat tubuhnya yang selalu kusentuh tak terasa dalam ragaku. Hanya sebuah foto manis terpampang diatas ranjang kami yang membuatku tersenyum. Bunga-bunga mawar yang masih bertebaran diranjang dan dilantai kami masih segar menyerbakkan wangi-wangian khas pengantin baru. Ranjang merah ini seperti perawan yang takkan kusentuh tanpa Ayu disampingku. Lampu kuning bernuansa remang membuatku tak tahan lama menunggu kedatangan Ayu.

Akupun selalu memimpikan akan datangnya hari dimana aku dan Ayu disatukan dalam sebuah ikatan cinta di atas ranjang merah kami. Namun, semua tentang Ayu yang selama ini aku nanti-nantikan tidak seindah yang kubayangkan sebelumnya. Aku masih menunggu jawaban atas penasaranku di atas ranjang berwarna merah ini.

Semua orang-orang datang dalam acara itu. Teman-teman, kerabat dekat, keluarga, sampai orang-orang yang tak kukenal berkumpul dalam satu. Dimana ada sosok aku dan Ayu duduk di bangku paling depan didampingi oleh kedua orangtua mempelai. Kami menjadi pusat perhatian semua orang. Dengan pakaian adat jawa yang kental dengan batiknya berwarna cokelat kemerah-merahan. Ayu yang memakai pakaian tradisional jawa sangat indah dan pantas dipandang sebagai wanita pujaanku. Selama bertahun-tahun kami pacaran, aku sangat memimpikan Ayu memakai pakaian itu dikala pernikahannya. Paras wajahnya dibalut dengan dandanan yang padu dengan warna pakaiannya membuatku tak kuasa menahan kedipan mata. Bibir kecilnya dihiasi warna merah marun yang membuatnya terlihat lebih berani dengan senyumannya. Akupun tak kunjung henti melawan keberanian senyumannya. Rambutnya pun dikonde seperti putri kebangsaan jawa. Sungguh mimpi itu terwujud didepan mataku melihat dan merasakan suasana sakral yang sangat bahagia. Suasana dimana semua orang-orang sangat bahagia melihat aku dan Ayu disatukan dalam pelaminan.

Seluruh ruangan yang tadinya adalah rumah bapak dan ibuku disulap menjadi ruangan yang penuh dengan bunga-bunga penuh mawar, mawar merah, putih, kuning, tumpah dalam satu ruangan yang menyatukan kami. Kayu-kayu jati khas jepara khusus dikirimkan dalam pelaminan kami sebagai aroma pendukung suasana adat jawa. Bunyi-bunyi gamelan dan lantunan suara jawa menemani tamu-tamu yang datang. Ada yang sibuk menyantap hidangan makanan, ada yang sibuk menuliskan undangan didepan meja tamu, ada yang sibuk berfoto-foto, dan sisanya menjabat tangan kami seraya memberi ucapan “selamat menempuh hidup baru”. Sesuai dengan baliho dan papan ucapan yang ada disekitar ruangan dan diluar rumah kami. Penuh dengan papan ucapan berukuran besar dengan hiasan bunga yang menggantung dimana-mana. Semua bertuliskan Selamat Menempuh Hidup Baru.

Kami berdua dengan semangat menjabati tangan para tamu yang datang tak kunjung henti. Senyum kami yang awalnya cerah lalu kering karena menahan terlalu lama keceriaan ini tak henti-hentinya terus kami tampilkan kebahagiaan dalam acara tersebut. kami berdua sangat bahagia. Ini merupakan rangkaian acara terakhir kami. Dalam perkawinan sebuah adat jawa yang sangatlah sakral dalam prosesnya dari mulai Upacara siraman pengantin putra-putri, Upacara malam midodareni, Upacara akad nikah / ijab kabul, Upacara panggih / temu, sampai sekarang resepsi pernikahannya. Semua orang-orang berbahagia, diacara puncak resepsi pernikahan dan kami memberikan kebahagiaan ini kesemua orang agar mereka tau bahwa aku dan Ayu akan terus selalu bersama.

Semua hal tentang perkawinan ini adalah mimpi-mimpiku yang benar-benar terwujud. Namun, mengapa semuanya menjadi sangat penasaran, ini seperti teka-teki yang mempunyai banyak kode yang aku tak tau harus mencari jawabannya dimana. Seperti yang terjadi dalam ruangan ini diatas ranjang berwarna merah. Semua menjadi teka-teki dalam perkawinanku. Bunga-bunga yang masih perawan, selimut tipis, lampu kuning yang remang, dan dimana Ayu? Aku tetap menunggunya dalam remang-remang.

Terakhir aku melihat Ayu sebelum pernikahan itu terjadi aku masih bermanja-manja dengannya di taman yang biasa kami singgahi ketika senja. Penuh dengan bunga-bunga mawar. Sama seperti mawar-mawar yang ada di pelaminanku, semua tumpah berserakan dan bergelantungan di atas tangkainya. Mawar merah, putih, dan kuning akan selalu mewarnai warna warni cinta aku dan Ayu di senja itu. Hujan meneteskan kegembiraan kami di senja itu, seakan memberikan kehidupan hanya diantara aku, Ayu, bunga, langit dan keindahan alam yang ada di sekeliling taman ini. Perlahan awan hitam menyelimuti cerahnya kehidupan kami. Hari yang mulai gelap lalu matahari meninggalkan senjanya. Ayu dengan senyum indahnya dan matanya yang cokelat membuat kecerahan kembali menyeruak dalam binar-binar matanya. Kami berdua terguyur dalam derasnya kebahagiaan birahi. Malam itu kami kuyup dan mata kami yang sayu terus berlarian menuju arah syahwati ditemani cahaya bulan yang menampakan lika-liku kami. Kami terbuai oleh tawa dan canda, hanya semak dan gemercik hujan yang mendengar desahan kami. Lalu kuantar Ayu ditengah hujan yang mengguyur keringat kami untuk pergi dari taman itu.

Mungkin saat pelaminan itu adalah hari dimana aku dipertemukannya kembali, Ayu masih sama seperti yang dulu. Sangat ayu benar-benar ayu. Aku sangat bahagia melihatnya dengan pakaian tradisional adat jawa yang aku mimpi-mimpikan sebelumnya. Ayu yang memakai pakaian tradisional jawa memang sangat indah dan pantas dipandang sebagai wanita pujaanku. Akhirnya selama bertahun-tahun kami pacaran, mimpiku melihat Ayu memakai pakaian itu dikala pernikahannya terwujud. Paras wajahnya dibalut dengan dandanan yang padu dengan warna pakaiannya membuatku tak kuasa menahan kedipan mata. Bibir kecilnya dihiasi warna merah marun yang membuatnya terlihat lebih berani dengan senyumannya. Akupun tak kunjung henti melawan keberanian senyumannya. Sungguh mimpi itu terwujud didepan mataku melihat dan merasakan suasana sakral yang sangat bahagia. Suasana dimana seharusnya semua orang-orang sangat bahagia melihat aku dan Ayu dipelaminan. Pelaminan dimana seharusnya aku yang menjadi sosok lelaki yang ada disampingmu dan itu bukan aku. Tapi Bayu si orang kaya itu. Benar-benar bukan aku. Aku tau kenapa kau meninggalkanku dihari itu, dimana kita berdua memadu cinta di bawah cahaya rembulan dan hujan gerimis. Aku memang lelaki tak bertanggung jawab.

Semua ini benar-benar terwujud dalam mimpiku. Tidak ada yang pantas dipertanyakan. Namun, dimana Ayu? Rasa penasaranku akan tetap mempertanyakan itu! Aku akan tetap menunggunya. Disini di atas ranjang berwarna merah yang aku mimpi-mimpikan untuk tidur bersamamu kembali.

“kau lihat foto inikan? Ini aku dan Ayu. Aku pernah mencintainya dan aku akan tetap terus mencintainya” tak kuasa aku meneteskan air mataku seraya mengingat air hujan saat kami berlari dibawah payung sinar bulan dan binar-binar mata Ayu yang sayu.

“iya sudah sudah jgn bersedih, kau tahu kau ini hanya pelayan makanan. Lihat lelaki itu pengusaha kaya, kita dibayar olehnya”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun