Mohon tunggu...
Zainab El Khadijah
Zainab El Khadijah Mohon Tunggu... Guru - Ghuroba

Orang yang paling baik di antara kalian adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Momen Maulid, Momen Intropeksi

21 Oktober 2021   10:52 Diperbarui: 21 Oktober 2021   10:56 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rabi'ul Awwal, bulan kelahiran manusia termulia, yaitu Nabi Muhammad SAW, bulan ke-3 kalender Hijriyah, bertepatan tanggal 12. Sebagian kaum Muslim memperingati kelahiran Rasulullah dengan mengadakan tasyakuran disertai pembacaan shalawat nabi sebagai bentuk cintanya. 

Namun, lebih daripada sekadar tasyakuran, esensi dari cinta Rasulullah adalah intropeksi diri sudah sejauh mana meneladani akhlak beliau. 

Kelahiran Rasulullah ke muka bumi untuk memperbaiki akhlak umat manusia. Rasa syukur dan kebahagiaan itu memang layak ditampakkan oleh seluruh umat Islam atas lahirnya karena beliau hadir untuk memberikan cahaya kebenaran. 

Cinta umat yang hakiki, adalah mengikuti setiap jengkal dari tujuannya Tuhan melahirkan Sang Pemimpin akhir zaman itu. Tingkah laku, ucapan, dan diam Rasulullah adalah teladan. Akhlak beliau adalah Al-Qur'an. Tiada perbuatan beliau kecuali bersandar kepada Al-Qur'an. 

Belum cukup mengekspresikan cinta hanya dalam bentuk memperingati hari lahir, setelah lewat momen itu lupa kembali dengan tujuan Rasulullah dilahirkan. Rasulullah teladan terbaik dalam segala bentuk hubungan. Rasulullah teladan terbaik dalam menjaga tali hubungan dengan sesama. Kelembutan hati Rasulullah menghapus kebencian dan permusuhan. 

Walau caci maki, hinaan, hujatan, dilemparkan langsung di hadapan beliau, tak ada balasan caci maki dari lisan beliau. Tak ada dendam sedikitpun di hati beliau untuk membalas. Rasulullah memposisikan mereka yang menghina sebagai orang-orang yang tidak mengerti. Bagaimana orang tidak mengerti? Mereka akan berkata di luar kenyataan. Mereka berkata berdasar persepsi-persepsi buta. 

Kelembutan dan kasih sayang besar di hati Rasulullah telah mengetuk pintu hati Non Muslim (Yahudi) untuk masuk Islam. Seorang tua buta, pengemis di pasar, mencaci maki Rasulullah, menyeru orang-orang untuk menjauhi orang yang bernama Muhammad. Bagaimana Rasulullah menanggapi itu, Rasulullah malah menyuapi orang tersebut dengan kasih sayang. 

Kapan Yahudi itu masuk Islam? Setelah Rasulullah wafat. Abu Bakar menggantikan, dan cara menyuapinya berbeda. Yahudi itu marah bertanya ke mana orang yang biasa menyuapi setiap hari? Abu Bakar mengatakan dengan linang air mata, bahwa orang yang biasa itu telah meninggalkan dunia selamanya. Yahudi itu bertanya tentang namanya. Saat mengetahui nama itu Muhammad hatinya melonjak kaget. Laki-laki yang biasa dicaci maki, adalah Muhammad yang biasa menyuapi dengan lemah lembut. 

Bagaimana mungkin ada sosok sebaik itu, dicaci, tetapi malah membalas dengan kebaikan? Seketika, Yahudi itu menyatakan masuk Islam di depan Abu Bakar. Sungguh dalam diri Rasulullah terdapat teladan yang tidak dimiliki manusia lain dalam kesempurnaan sifatnya. 

Kita, sebagai umatnya yang mengaku cinta, seharusnya meneladani beliau. Jangankan menghina, membalas hinaan saja tidak. 

Intropeksi ke dalam diri, zaman secanggih saat ini, tersebarnya kabar berita sangat sulit dibedakan mana yang nyata atau dusta. Lalu dengan mudahnya menyimpulkan dan menanggapi dengan cepat seakan tanggapan itu benar terhadap kabar yang diterima. Tak lupa pula disertai dengan caci maki dan hujatan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun