Mohon tunggu...
Coolis Noer
Coolis Noer Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writing to Release an Overthinking

Menulis sebagai bentuk ekspresi, juga mengungkapkan rasa syukur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Makna dan Sejarah Syi'ir Ya Lal Wathon

19 Maret 2021   17:14 Diperbarui: 19 Maret 2021   17:18 4127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai bangsa yang memiliki tumpah darah, tentu kita memiliki rasa cinta terhadap tanah air atau nasionalisme karena cinta tanah air adalah Sebagian dari iman atau Hubbul Wathon Minal Iman. Para santri dan kaum nahdliyin memiliki sejarah gemilang akan berdirinya bangsa Indonesia, karena tokoh-tokoh perjuangan pada masa lampau memiliki ghiroh kebangsaan yang berasal dari bilik-bilik pesantren. Rasa cinta terhadap tanah air yang dimiliki tidak hanya disimpan di dalam dada, namun tegelorakan melalui syair-syair yang mampu menggerakkan perjuangan merebut kemerdekaan dari tangan penjajahan.

Adalah KH. Abdul Wahab Chasbullah salah satu pencetus lahirnya syi'ir-syi'ir pergerakan kaum nahdliyin. Diantara karyanya yang sampai hari ini masih terdengar bergelora di tengah-tengah masyarakat nahdliyin adalah syair tentang pemuda tanah air (Syubbanul Wathon) berjudul "Yaa Lal Wathon". Di balik rasa bangga dengan hasil karya nyata Mbah Wahab yang mampu membakar semangat perjuangan bangsa Indonesia tersebut, baik kiranya masyarakat Indonesia mengetahui sejarah di balik penciptaan lagu itu.

Semangat KH. Abdul Wahab Chasbullah muda sekitar tahun 1914 setelah pulang dari menuntut ilmu di Mekkah merasa tidak bisa memaksimalkan seluruh kemampuan berpikir dan bergeraknya saat menjadi salah satu bagian dari Syarikat Islam (SI) dengan tokoh utamanya Haji Oemar Said Tjokroaminoto (1883-1934 M). Beliau merasa tidak puas jika belum mendirikan organisasi sendiri karena dalam pandangannya, SI terlalu mengutamakan kegiatan politik. Sedangkan KH. Abdul Wahab Chasbullah menginginkan tumbuhnya nasionalisme di kalangan pemuda melalui kegiatan pendidikan.

Singkatnya pada tahun 1916, KH. Wahab Chasbullah berhasil mendirikan perguruan Nahdlatul Wathan atas bantuan beberapa kiai lain dengan dirinya menjabat sebagai Pimpinan Dewan Guru (keulamaan). Sejak saat itulah Nahdlatul Wathan dijadikan markas penggemblengan para pemuda. Mereka dididik menjadi pemuda yang berilmu dan cinta tanah air (Choirul Anam, 2010: 29).

Setiap hendak dimulai kegiatan belajar, para murid diharuskan terlebih dahulu menyanyikan lagu-lagu perjuangan untuk memunculkan benih-benih kecintaan terhadap tanah air. KH. Abdul Wahab Chasbullah menciptakan lagu pemuda cinta tanah air Ya Lal Wathon untuk dinyanyikan dalam syair berbahasa arab. Kini lagu tersebut sangat populer di kalangan pesantren dan di setiap kegiatan Nahdlatul Ulama. Benih-benih cinta tanah air tersebut akhirnya tumbuh dan menjadi energi positif bagi masyarakat pribumi secara luas sehingga perjuangan tidak berhenti pada tataran wacana, tetapi pergerakan sebuah bangsa yang cinta tanah airnya untuk merdeka dari segala bentuk penjajahan.

Berikut adalah syair pemuda cinta tanah air (Syubbanul Wathon) karya KH. Abdul Wahab Chasbullah yang memilik makna mendalam dalam menumbuhkan nasionalisme kebangsaan tersebut:

2x

"Pusaka hati wahai tanah airku

Cintamu dalam imanku

Jangan halangkan nasibmu

Bangkitlah, hai bangsaku!  2x


Indonesia negriku Engkau Panji Martabatku

S'yapa datang mengancammu

'Kan binasa dibawah durimu!"

KH. Abdul Wahab Chasbullah telah membuktikan diri bahwa internalisasi semangat nasionalisme sangat efektif diwujudkan melalui ranah pendidikan. Bahkan dari syair-syair penumbuh semangat nasionalisme. Hal ini dilakukan dengan masif di berbagai pesantren sehingga peran kalangan pesantren sendiri diakui oleh Dr. Soetomo (Bung Tomo) pada masa itu sebagai lembaga yang sangat berperan dalam membangun keilmuan kokoh bagi bangsa Indonesia sekaligus dalam pergerakan nasional untuk mewujudkan kemerdekaan dan menjaga keutuhan bangsa hingga saat ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun