Mohon tunggu...
Jefri Suprapto Panjaitan
Jefri Suprapto Panjaitan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

pecandu kenangan, penikmat masalalu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Tentang Gadis Tetanggaku

19 Januari 2023   18:02 Diperbarui: 6 April 2023   00:44 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Perempuan di depan rumahnya. (sumber: pixabay.com/Aline Oliveira)

Secangkir kopi dengan rokok yang sudah terbakar di sekat jari, menemaniku menyambut matahari membuka gerbang aktivitas di desaku. 

Seperti biasa, lalu lalang orang-orang menenteng cangkul di pundaknya dengan berlatar sawah dan gunung menjadi pemandangan setiap pagi yang ku nikmati sebelum berangkat ke tempat aku menghabiskan waktu mengais rezeki. 

Sesekali mereka yang lewat dari hadapan ku terlihat melempar senyuman sembari menyapa dari kejauhan. Hal ini lah yang membuatku betah berlama-lama duduk di teras rumah.

Saat sedang menikmati kegiatan pagi ku, tiba-tiba terlihat bayangan hitam keluar dari pintu rumah tetanggaku, bayangan itu terlihat sedang memegang tongkat kayu di kedua tangannya. 

Pasir-pasir kecil terlempar dari dalam rumah, debu terlihat jelas terpantul cahaya matahari. Sepasang kaki putih mulus tanpa bulu berbalut kutek di kuku kakinya melangkah keluar dari pintu rumah. 

Aku terkejut dan semakin mengarahkan pandangan ku ke rumah itu, karena tetanggaku tidak ada yang memiliki kaki semulus itu. 

“Yakali petani yang tiap hari menginjakkan dan merendam kakinya selama berjam-jam ke dalam lumpur punya waktu untuk memakaikan kutek di kuku kedua kakinya.”

Anak gadis berkulit putih, rambut terurai dengan daster sambil memegang gagang sapu keluar dari rumah. Perempuan itu baru pertama kali aku lihat, kopi hangat dan rokok yang selalu menemaniku setiap pagi dengan pemandangan desa tidak seindah biasanya. 

Tiba-tiba gadis cantik itu menoleh ke arahku, sontak aku mengalihkan pandangan ku dari dia, karena aku akan merasa malu jika tertangkap basah memandangnya dengan kekaguman.

Setelah gadis itu kembali ke rumah, aku mulai melamun dan bertanya-tanya dalam angan, siapa gadis cantik itu sebenarnya. Tiba-tiba suara ibu terdengar memanggil dari dapur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun