Mohon tunggu...
Masykur A. Baddal
Masykur A. Baddal Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger dan Vlogger

.:: Berbagi untuk kemajuan bersama, demi kemajuan bangsa ::....\r\n\r\nApapun kegiatan anda ini solusinya : https://umatpay.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Padang Pasir Luas Mengacaukan Tujuan Kami

4 Mei 2012   20:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:42 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13361632661706752917

[caption id="attachment_175430" align="aligncenter" width="627" caption="Sahara luas, kadang menghilangkan arah. (alfan)"][/caption] By. Masykur A. Baddal - Maksud hati ingin berlibur akhir pekan dengan keluarga, namun siapa nyana, malah ujung-ujungnya terdampar di sebuah padang pasir luas dan gersang. Hati pun semakin kecut, apalagi mentari siang sedikit demi sedikit mulai turun menuju ke peraduannya. Itulah sebuah pengalaman pahit, yang terjadi beberapa waktu yang lalu, di saat kami dan keluarga bermaksud untuk berlibur di luar kota Cairo. Seperti biasanya, hari Sabtu adalah liburan akhir pekan resmi kantor tempat kami bekerja. Kebetulan dari sejak subuh, langit pun telah menunjukkan bahwa cuaca di hari itu akan cerah, karena terlihat banyak bintang-bintang yang berkerlipan di atas sana, yang diselimuti dengan awan putih nan bersih. Akhirnya, setelah berdiskusi sejenak dengan isteri. Kami pun memutuskan untuk menghabiskan liburan akhir pekan bersama anak-anak, di suatu tempat di luar kota Cairo. Kira-kira berjarak sekitar 275km. Kota tujuan kami tersebut adalah Ra'sul Bahr, yaitu sebuah tempat bertemunya aliran sungai Nil dengan Laut Tengah. Dan berada di Propinsi Dimyat Mesir. Ra'saul Bahr termasuk salah satu objek wisata favorit di negeri Cleopatra itu.  Pemerintah setempat pun telah membuat beberapa fasilitas menarik dilokasi objek wisata tersebut. Termasuk taman, museum laut, wahana bermain dan cafe dengan aneka sajian makanan khas Mesir. Setelah menempuh perjalanan sekitar empat jam dengan menggunakan mobil volvo butut antik lansiran tahun 80an. Tepat jam 11.00 pagi waktu Cairo, kami pun tiba di lokasi tujuan dengan selamat. Dari kejauhan sudah terlihat hiruk pikuk keramaian massa. Karena hari itu merupakan liburan resmi negeri setempat, jadi semua objek wisata di seluruh negeri, nyaris dipadati oleh pengunjung yang ingin menghabiskan liburan akhir pekan bersama keluarga mereka masing-masing. Setelah berputar-putar di sekitar lokasi, akhirnya kami mendapatkan sebuah tempat yang rindang di sebuah taman bunga. Tanpa pikir panjang, langsung menggelar karpet di lokasi tersebut sambil menikmati bekal yang kami bawa dari rumah. Anak-anak pun terlihat begitu bahagia menikmati suasana istimewa hari itu. Mereka tidak henti-hentinya berlari kesana kemari, di sela-sela taman bunga yang ada di tempat itu. Sedangkan di lokasi perjumpaan antara sungai Nil dan Laut Tengah, terlihat sangat padat dengan para pengunjung, sehingga kami merasa cukup untuk berteduh dan beristirahat di taman yang nyaman itu. Selanjutnya, tepat jam tiga siang kami pun beranjak dari tempat tersebut, dengan maksud supaya tiba kembali di Cairo tidak terlalu malam. Setelah keluar dari kota Dimyat, kami mencoba melewati jalan pintas menuju ke arah jalur toll Sahara Cairo Alexandria. Mengingat jalan tersebut belum pernah kami lalui sebelumnya, suasana pun mulai terasa aneh, karena sedikit demi sedikit kami memasuki padang pasir luas. Namun, setelah tanya kiri kanan kepada penduduk setempat, mereka mengatakan langsung saja, nanti di depan akan ketemu jalan toll nya. Jam telah menunjukkan 16.30, perjalanan bukannya semakin dekat, tapi malah semakin terdampar ke tengah sahara luas. Alamakk....., akhirnya dengan tetap percaya diri dan istiqamah, kami pun terus melanjutkan perjalanan tersebut. Anehnya, mobil tiba-tiba berhenti dan  tidak mau bergerak, sementara mesin tetap hidup. Setelah mencoba menekan pedal gas sedalam-dalamnya, tetap saja mobil tidak bergerak. Kadang kami berpikir, apakah ini adegan dalam mimpi? Ternyata bukan mimpi, terbukti sewaktu mencubit kulit lengan memang terasa terasa sakit. Akhirnya dengan memberanikan diri, kami turun dari mobil tersebut. Untuk menyakinkan jika ada yang tidak beres, lalu kami membuka kap mesin mobil. Oh my God......ternyata kabel pedal gas putus, pantesan bunyi mesin tidak berubah, walaupun pedal gas sudah ditekan sampai mentok. Yang menjadi pertanyaan, mau kemana mencari kabel pedal gas baru di tengah padang sahara luas ini? Mana matahari pun sebentar lagi akan tenggelam. Boro-boro mencari kabel, mencari pohon saja susah. Seketika, kecemasan pun menyelimuti perasaan kami. Tapi syukur, isteri dan anak-anak sedang tertidur pulas, maklum mereka lelah bermain seharian. Di sisi lain, tidak menambah tekanan emosi jiwa, karena mendengar tangisan rasa takut mereka. Untuk menenangkan jiwa, sambil menunggu jika ada orang yang melintas di sekitar situ, lalu kami menunaikan shalat sunat plus shalat ashar. Alhamdulillah, selesai melaksanakan shalat, ketenangan jiwa pun semakin terasa. Lalu kami mencoba untuk menghubungi beberapa sahabat lewat ponsel. Tapi, semua sia-sia karena di tengah gurun sahara itu ternyata tidak ada sinyal ponsel. Lalu tiba-tiba terlintas pikiran, mengapa tidak menggunakan tali sepatu saja untuk mengganti kabel pedal gas yang putus? Langsung kami mencoba ide tersebut, dan  melepaskan kedua tali sepatu serta menyambung kabel yang putus, sedang arah tali sepatu yang lain kami masukkannya lewat sela-sela panel radio. Sehingga pedal gas dapat dikontrol dengan tangan, aneh memang. Sebab jika di sambung kembali ke pedal kaki, takut akan putus. Ternyata ide tersebut mujur, dan mesin mampu dinaik turunkan dengan tarikan tangan. Seketika semangat pun tumbuh kembali. Setelah berpikir sejenak, akhirnya kami memutuskan untuk terus melanjutkan perjalanan kedepan. Namun dengan kecepatan hanya di 50 sampai dengan 60km/jam saja, yaitu untuk menjaga-jaga ketahanan tali sepatu tadi. Karena mobil tersebut bertransmisi otomatic, jadi sedikit membantu meringankan dalam mengemudi. Betul saja, setelah berjalan 30 menit, di depan sana sudah terlihat jalan toll sahara Cairo Alexandria. Alhamdulillah, ternyata Allah SWT telah memberikan pertolonganNya kepada kami, sehingga terhindar dari musibah mengerikan terdampar di tengah padang sahara. Lucunya, hingga saat ini isteri dan anak-anak tidak ada yang tahu, jika mereka sudah terdampar di tengah padang pasir selama lima jam lamanya. Maklum, khan mereka tertidur pulasssss. salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun