Mohon tunggu...
Siwi
Siwi Mohon Tunggu... Konsultan - Software engineer

Each time I write a page, then I am a writer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berhenti Membandingkan

23 November 2019   23:15 Diperbarui: 23 November 2019   23:17 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di dunia yang penuh dengan aplikasi media sosial seperti sekarang ini, kita menjadi sangat mudah membandingkan etalase kehidupan orang lain dengan keadaan nyata diri kita. Dan menjadi mudah pula untuk merasa kecewa, merasa bahwa kehidupan yang kita miliki ternyata tidak lebih baik (*lebih buruk) dibanding orang lain. Melihat foto teman yang nampak mesra bahagia dengan pasangannya, sedang kita baru saja bertengkar. Melihat kolega yang berlibur di luar negeri, sedang kita teramat sulit mendapat waktu luang, bahkan di akhir minggu sekalipun. Menyaksikan kemegahan rumah artis x, sementara rumah kita tak lebih luas dari kolam renangnya. Dan pembandingan lainnya.

Menurut saya, hal itu lama kelamaan akan mempengaruhi sikap kita dalam menghadapi kehidupan. Sedikit demi sedikit kita akan kehilangan kebahagiaan atas apa yang kita miliki saat ini. Se ideal apapun kehidupan yang kita punya, akan selalu ada etalase kehidupan orang lain yang tampak lebih baik dan lebih mengesankan. 

Apa solusinya? Berhentilah membandingkan kehidupan kita dengan potongan kehidupan orang lain. Tapi saya butuh role model, butuh agar bisa jadi motivasi, body goal. Saya rasa itu kurang pas untuk dijadikan alasan karena banyak sekali tokoh yang secara nyata layak dijadikan panutan justru tidak punya akun media sosial. Mereka "hanya" berusaha menjadi versi terbaik dari diri sendiri. Membandingkan dengan diri sendiri pada masa sebelumnya. Menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.

Ada alasan kenapa Allah menempatkan mata hanya di depan wajah, padahal Dia sangat mampu membuat sepasang lagi di belakang kepala kita. Ada alasan kenapa telinga kita hanya mampu menangkap rentang frekuensi tertentu. Agar kita lebih tenang..

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun