Berbicara mengenai pendidikan selalu saja menarik. Pendidikan merupakan salah satu aspek utama hidup manusia. Pendidikan yang dimaksud di sini bukan hanya pendidikan formal saja, namun pendidikan non formal juga. Dalam pendidikan, banyak sekali hal yang dapat dibahas, salah satunya adalah guru.
Guru merupakan pengajar di sekolah. Dalam proses belajar mengajar, gurulah yang memberikan ilmunya kepada setiap siswa. Namun, guru tidak hanya bertugas dalam mentransfer informasi dan ilmu yang ia miliki. Ia juga bertugas untuk mengajarkan siswa moral dan etika yang baik.Â
Selain itu, guru juga berperan dalam membimbing siswa agar siap untuk hidup dengan dewasa di tengah-tengah masyarakat. Begitu banyak tugas dan tanggung jawab yang harus diemban oleh seorang guru.Â
Mirisnya, masih banyak masyarakat yang memandang profesi ini sebagai profesi yang gampang, yang mudah, yang bisa dilakukan oleh siapa pun.
Hal yang akan dibahas dalam tulisan ini, bukanlah pandangan masyarakat itu, namun topik bahasannya adalah guru. Saat ini, banyak sekali argumen dan pendapat mengenai sikap dan tindakan seorang guru.Â
Beberapa argumen yang saya dapatkan mengatakan bahwa guru perlu untuk tegas dan keras pada anak-anak agar anak-anak hormat pada guru.Â
Namun di sisi lain, mungkin banyak anak-anak yang merasa tertekan dengan sikap guru yang demikian. Nah, di sinilah letak pergumulannya. Hal apa yang harus dipilih dan dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Tentu saja, ketegasan guru dalam mendidik sangat diperlukan. Namun, saat ini banyak sekali orang yang beranggapan bahwa tegas selalu beriringan dengan perintah, keras, marah, dan tidak menerima toleransi.
Sehingga ketika masyarakat membicarakan mengenai ketegasan, hal yang pertama tersirat di benaknya adalah kekerasan dan disiplin, padahal ketegasan tidak berarti keras. Tegas adalah tindakan yang konsisten dan selalu mengedepankan keadilan dan kebenaran.
Namun, apakah semua guru sudah melakukannya? Tidak.
