Madjid sendiri kurang mengerti teknis dan alur  pengajuan bantuan permodalan.  "Bertahun-tahun saya mengangkat etnis Indonesia.Â
Maka itu saya berharap pemerintah memperhatikan permodalan saya. Jika pemerintah lamban, saya bisa menjual hak paten genta nada ini kepada negara lain sebab banyak yang tertarik," tegas Madjid yang berencana mewariskan usaha ini kepada tiga putranya.
Berkat Konsumen  Â
Madjid mengakui usahanya maju berkat konsumen. Merekalah yang membuatnya terus belajar. Madjid memberi contoh, mulanya ia menggunakan model rumah-rumahan sebagai atap genta nada.Â
Namun konsumen menyarankan atap genta nada cukup menggunakan kayu. Bagi konsumen yang terpenting dari genta nada adalah bunyi. Sejak itu atap genta nada diubah. Â
Prospek bisnis genta nada yang sangat bagus membuat Madjid harus berhati-hati melangkah. Sebagai antisipasi, ia  telah mematenkan genta nada pada 2006 di Dirjen Hak Kekayaan Intelektual Depkumham.
Â
Terbantu PameranÂ
Genta nada tidak mungkin dikenal masyarakat seandainya Madjid tidak aktif mengikuti pameran. Ia berterima kasih kepada Kementerian Perindustrian dan Dinas Perindagkop Kota Depok yang sejak 2005 memberikan fasilitas stand 3x3 gratis pada setiap pameran yang diikuti, diantaranya Pameran Produksi Indonesia, Pameran Produk Kreatif Indonesia, dan Inacraft.Â