Mohon tunggu...
Ignasia Kijm
Ignasia Kijm Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

UKM, Energi Baik Pejuang Ekonomi Bangsa

15 Agustus 2018   18:58 Diperbarui: 15 Agustus 2018   19:07 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siapa sangka usaha kerajinan akar kayu jati dan furniture ini mengambil bahan dari limbah akar kayu jati. (foto dokumentasi pribadi)

Wahyu Hariyadi dilahirkan di lingkungan sentra industri keramik. Walaupun tidak menyandang gelar lulusan seni rupa, Wahyu mampu membangun Patuha Gallery pada 1997 hingga kini. Ia mempelajari semuanya secara otodidak. 

Wahyu mengembangkan dan memadukan teori dan teknik yang ada. Berawal dari ajakan Asephi dan Dekranasda, Wahyu mengikuti pameran. Orientasinya bukan finansial, melainkan identitas. 

Dengan demikian orang mengetahui produknya yang baru muncul. Seiring dengan produk yang semakin dikenal orang, muncul pelanggan seperti gedung MPR/DPR sejak 2011. Selain itu sejak 2001 gerabah Patuha Gallery telah mengisi 70% hotel di Jakarta, diantaranya Gand Hyatt dan Ritz Carlton. "Mei lalu kami mengerjakan pesanan untuk kantor Kementerian Keuangan," tutur Wahyu.

Keunggulan produk Patuha Gallery adalah teknik glasir, yaitu serbuk kaca yang disemprotkan hingga bersinar karena ada proses pembakaran di suhu 1.100 derajat Celcius. Patuha Gallery berpartisipasi dalam Inacraft sejak 2008. 

Menurutnya event tersebut adalah pertandingan. Bertujuan satu level dengan peserta lainnya, Wahyu harus menjaga kualitas. Ia  tidak menganggap kawan sesama pelaku usaha keramik sebagai rival, melainkan mitra. 

Mereka selalu sharing. Bahkan mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rahardi Ramelan melihat Patuha Gallery selalu menghadirkan karya yang eksklusif. Pada 2012 karya Patuha Gallery menghiasi kantor Unesco di Paris. Sementara itu pada 2013 produk Patuha Gallery berada di Kuching, Malaysia. "Patuha Gallery pernah meraih Inacraft Award pada 2012 dan 2013. Sebuah kebanggaan karya saya dinikmati banyak orang," ujar Wahyu.

Wahyu Hariyadi dari Patuha Gallery tidak takut bersaing dengan produk dari luar negeri. (foto dokumentasi pribadi)
Wahyu Hariyadi dari Patuha Gallery tidak takut bersaing dengan produk dari luar negeri. (foto dokumentasi pribadi)
Masyarakat melihat Wahyu yang tidak memiliki basic di bidang keramik mampu mengalahkan usaha sejenis yang dikerjakan turun-temurun. Di mata mereka mungkin Wahyu pemain baru. 

Mereka menertawakannya yang menjual produk seharga Rp 5 juta. Pertimbangan Wahyu, produk tersebut tidak bisa dibuat untuk kedua kalinya sehingga dianggap eksklusif. Berbeda dengan produk lainnya yang bisa dibuat hingga ratusan piece. Dalam pengerjaan gerabah, Wahyu dibantu delapan karyawan.

Saat ini Wahyu tengah menyusun program di lingkungannya, Kabupaten Bandung. Permasalahannya adalah banyaknya anak putus sekolah. Penyebabnya otak yang tumpul atau orangtua yang kurang mampu. 

Kalau hal tersebut dibiarkan, anak akan lepas kendali. Patuha Gallery membuka pintu lebar-lebar untuk siapapun yang ingin belajar. Wahyu telah bekerja sama dengan aparat desa, kecamatan, hingga kabupaten. 

Dalam pandangannya, pemuda yang telah paham bisa membuat keramik di rumah. Selanjutnya produk tersebut dibeli Wahyu. "Setidaknya kita bisa menjadikan mereka lebih baik walaupun tidak bisa membantu secara  finansial," kata Wahyu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun