Mohon tunggu...
Coach Pramudianto
Coach Pramudianto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Human Idea Practitioner

Mentransformasi cara berpikir untuk menemukan kebahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

David and Goliath, seperti Tesla Vs Toyota

22 Maret 2021   09:48 Diperbarui: 26 Maret 2021   16:48 4075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pekerja pabrik Toyota di Jepang. (sumber: japantimes.co.jp via kompas.com)

Ketika produksi sudah dimulai tidak boleh ada kesalahan. QUALITY : "Do it right the first time, we don't always get a second chance" jargon terkenal di lini produksi ini menjadi roh bagi para pekerja. 

Sedangkan Tesla yang mengedepankan pengembangan software, memiliki jargon antara lain "Move fast, break things", "Fail fast, learn  faster" "Launch early, iterate later". Di Tesla ditekankan pada proses eksperimen dan belajar.

Konsep Tesla memfokuskan pada kecerdasan buatan, dan mesin otomatis yang mampu menghilangkan kesalahan yang disebabkan oleh faktor manusia dalam produksi, oleh karena itu ketika ditemukan sistem produksi yang ideal maka kapasitas produksi bisa meningkat dengan cepat. 

Disisi lain didapatkan produksi yang bebas kesalahan dan pengurangan biaya pelatihan tenaga kerja (efisiensi waktu dan biaya). Menjadi tantangan bagi Tesla saat ini yaitu masih terlalu besar ketergantungannya kepada Elon Musk, sebagai orang yang brilian.

Dalam sejarah Toyota selalu memberikan perhatian pada peran manusia dalam proses produksinya dan menempatkan self reinforcing dan improvement system. 

Organisasi dapat tumbuh berkembang karena para manajer lini selalu meningkatkan setiap elemen bisnis secara terus menerus. Meski terjadi inovasi di Toyota, tidak secepat apa yang dilakukan oleh Tesla, baik itu tentang produk, sistem manajemen pemasok maupun pelanggan.

Ketika Elon Musk terlihat tidur dilantai pabrik, bukan gaya-gayaan atau cari perhatian, hal ini juga dilakukan Ignatius Jonan tidur di salah satu bangku kereta api ataupun Jokowi yang duduk bersama dengan rakyat bawah.

Hal tersebut dilakukan karena keseriusannya untuk menjadi bagian dari solusi, karena yang dia bangun adalah yang visioner, yang belum tentu semua timnya mampu melihat visinya, bahasa saya "membangun keselarasan diri dan visi". 

Mereka serius cari solusi dan menginspirasi seluruh anggota tim, keteladanannya mengangkat moral dan memberi semangat juang pada banyak orang sehingga mampu mentransformasi cara berpikir banyak orang.

Kata perbaikan secara terus menerus, selalu didengungkan di berbagai perusahaan untuk memicu efektifitas dan efisiensi kerja, hal itu dilakukan dalam rangka "sustaining innovation". 

Jika para pemimpin ingin breakthrough atau inovasi radikal  dan benar-benar baru maka butuh apa yang yang dikatakan Clyton Christensen yaitu Disruptive Innovation (Check Point -- Pramudianto 2020). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun