Mohon tunggu...
Juli Nugroho
Juli Nugroho Mohon Tunggu... Konsultan - Brand-Marketing-Service Excellence Professional.

Penggiat Literasi "AyoGemar Membaca". Penggiat Pelatihan PramugariCerdasAcademy Penggiat UMKM MitraSahabatBisnis

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

RPTRA, Arena Titik Temu Pemerintah, Swasta dan Masyarakat

30 Juli 2016   08:39 Diperbarui: 28 Oktober 2016   14:17 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Selama ini saya sering mendengar kata RPTRA yang merupakan singkatan dari Ruang Publik Terbuka Ramah Anak dari kawan kawan aktifis penggiat kegiatan social. Dari apa yang mereka ceritakan serta dari apa yang saya browsing did dunia maya, memang  RPTRA sepertinya  memberikan  banyak manfaat bagi warga sekitar.

Waktu berlalu dan saya juga telah lupa mengenai  RPTRA.  Sampai suatu ketika saya diminta untuk menjadi salah satu juri lomba dalam rangkaian kegiatan Hari Anak Jakarta Membaca (HANJABA)  yang kebetulan diadakan di salah satu RPTRA di kawasan Jakarta Timur. Pada kesempatan ini akhirnya saya dapat melihat dan merasakan apa itu RPTRA secara nyata, bukan dari kata orang atau kata mbah Google.

Nah mau tahu apa yang terjadi ?

Kesan pertama sangat menggoda! Betapa tidak, meskipun berada didaerah permukiman padat, namun RPTRA dikawasan Cipinang Besar Utara  ini memiliki area yang cukup luas. Selain itu juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas permainan anak anak, perpustakaan , lapangan futsal, pepohonan dan taman yang terawat dengan baik serta bangunan serbaguna dan panggung atraksi yang bisa dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk berbagai kegiatan.

Kekaguman saya tidak berhenti disitu, konon biaya pembangunan dan pengadaan RPTRA ini dilakukan atas bantuan  pihak swasta, baik pembangunan  gedung maupun pengadaan fasilitas. Sebagai seorang praktisi marketing, saya melihat RPTRA ini merupakan “lahan” yang sangat bagus untuk mempromosikan suatu brand.  Apa yang saya rasakan , sepertinya juga dirasakan oleh para marketer dari KALBE, sehingga mereka melakukan branding secara apik terhadap lokasi ini.

Disaat perang pemasaran makin menggila dan biaya pemasaran makin mahal, melakukan branding di suatu area semacam RPTRA ini memang dibutuhkan. Apalagi tempat ini semacam local community centre, dimana warga dari berbagai usia  bisa melakukan berbagai kegiatan untuk mengisi waktu luangnya, seperti membaca buku di perpustakaan, kegiatan belajar informal, bermain hingga berolahraga.  Dengan melakukan branding disini, artinya bukan hanya dapat menciptakan brand awareness semata, tetapi juga bisa menciptakan brand engagement dengan masyarakat sekitar. Masyarakat akan lebih mengenal produk sponsor dan berinteraksi dengan brand brand tersebut setiap hari, sehingga ada peluang yang cukup besar menjadikan komunitas di wilayah ini menjadi brand loyalist dari sponsor.

Saya melihat di salah satu tiang terpampang  jadwal penggunaan lapangan futsal oleh setiap RW yang berada di wilayah kelurahan tersebut. Hal ini cukup menyejukkan, karena jadwal ini menunjukkan bahwa musyawarah masih hidup di dalam jiwa bangsa kita.

Ada satu hal lainnya  yang juga membuat saya kagum, yaitu adanya peran serta kaum perempuan dalam kegiatan ekonomi produktif.  Sepertinya  ada satu hal yang lupa saya sampaikan di awal. Did area RPTRA ini juga terdapat  sebuah ruang yang dijadikan  kios  yang bukan hanya menjual makanan dan minuman ringan semata, tetapi juga menjual barang barang kerajinan hasil karya dari para warga disekitar. Barang barang yang dijual juga ada yang mempromosikan budaya Jakarta. Seperti miniatur tugu monas serta pajangan kepala ondel ondel yang terbuat dari bahan fiber. Jadi RPTRA ini juga memiliki peran sebagai motor penggerak ekonomi usaha mikro did wilayah tersebut.

Keterlibatan warga sekitar dalam pengelolaan fasilitas pemerintah ini juga mengingatkan saya pada bahan kuliah Community Organizing dan Community Development (CO/CD) yang saya terima belasan tahun yang lalu saat menjadi mahasiswa did FISIP UI.  Intinya,  agar suatu program dapat berjalan dengan baik dan berekesinambungan memerlukan peran serta aktif masyarakat sekitar.  Peran aktif ini  dapat terwujud  hanya apabila timbul rasa memiliki terhadap hal hal tersebut. Apa yang saya saksikan  di RPTRA Cipinang Besar Utara ini, membuat saya berani menyimpulkan bahwa  sepertinya pemerintah daerah  sudah berhasil menerapkan prinsip CO/CD tersebut dalam RPTRA ini. Semoga keterlibatan aktif masyarakat dalam pengelolaan fasilitas ini dapat terus berlanjut selamanya, bukan hanya di awal awal tahun berdirinya fasilitas ini saja.

Apa yang dilakukan oleh pemimpin Jakarta ini dapat dijadikan contoh bagi kepala daerah lainnya di Indonesia, untuk membangun fasilitas serupa yang memang dibutuhkan masyarakat. RPTRA ini  memperlihatkan bahwa pemerintah bisa menggandeng swasta dan melibatkan masyarakat dalam melaksanakan program programnya. Ayo Bangun Indonesia bersama sama ! (coach juli nugroho - empowerment coach)

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun