Mohon tunggu...
Citra Melati
Citra Melati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perempuan pembelajar

@cmelati86

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ibu vs Sekolah

6 Desember 2020   21:14 Diperbarui: 2 Januari 2021   12:53 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : Bollywood mother and kid

Peran ibu sebagai madrasah pertama dan utama anak

Lingkungan pendidikan pertama yang dilihat anak adalah Ibu. Sejak dalam kandungan ibu sudah memberikan nutrisi terbaik baik fisik maupun rohani seperti makanan bergizi, memperdengarkan musik/sholawat, berolahraga, dsb bagi sang buah hati. Dalam Islam, ibu disebut sampai tiga kali karena kemuliaannya. Perjuangan ibu kodrat alaminya tidak hanya mengandung, menyusui, melahirkan, merawat anak tetapi sekaligus mendidik anak.

Tiga pilar kepemimpinan asah (mendidik), asih (menyayangi), asuh (merawat) harus ditemukan dalam jiwa pemimpin sebagai pendidik generasi bangsa. Tiga pilar penting tersebut harus dipenuhi, jika salah satu pilar tidak ada maka akan terjadi ketidakseimbangan yang menimbulkan sisi keburukan dalam suatu generasi. Bukan hal yang mudah dan membutuhkan kecakapan seni dalam mendidik anak, terutama pada diri sang ibu. Ibu adalah sosok paling penting dalam proses pembentukan karakter anak secara menyeluruh.

Pada dasarnya ibu mempunyai naluri pedagogis dalam mengajari anak, Ibu laksana guru dan rumah sebagai sekolah anak. Mempersiapkan seorang Ibu berarti telah mempersiapkan generasi bangsa selanjutnya. Karakter sosok ibu lebih sesuai mengatur sektor rumah tangga dan lebih banyak berinteraksi dengan anak daripada ayah. Berhasil dan gagalnya pendidikan anak dalam keluarga bergantung pada kemampuan seorang ibu. Tak kan ada generasi unggul yang lahir tanpa peran aktif ibu. Pendidikan bukan hanya ditujukan ke anak, pendidikan juga sangat perlu bagi ibu, seperti ibu Dewi Sartika yang memperjuangkan kaum perempuan untuk mendirikan sekolah keutamaan istri.

Dilematis karir atau ibu rumah tangga

Melonjaknya wanita karir di jaman modernisasi dan industrialisasi memberikan kesetaraan hak wanita dalam berkarir dan mengaktualisasi diri sehingga banyak wanita lebih memilih berkiprah di sektor publik daripada urusan domestik, hal ini terkadang membuat wanita lupa perannya sebagai pengasuh anak. Ibu Ainun Habibie rela meninggalkan profesi yang bergaji tinggi sebagai dokter dan hidup sederhana demi mendidik dan membentuk kepribadian anaknya.

Kurangnya perhatian akan hak ibu saat bekerja membuat abai peran dan  kodrat ibu. Banyak tempat kerja yang tidak berpihak pada ibu seperti cuti melahirkan hanya sebentar dan di luar tanggungan, minimnya tempat menyusui bagi ibu yang bekerja, jam kerja yang berlebihan dari pagi sampai malam. Ada ibu yang terpaksa harus bekerja karena desakan ekonomi atau hanya sekedar ego berkarir sehingga memiliki intensitas waktu sedikit pada anak. Walaupun terpaksa ibu bekerja, harus menyempatkan waktu yang berkualitas dan harus ada sosok ibu bagi anak. Karena anak masih perlu bimbingan orang tua tidak bisa lepas begitu saja. Dengan melihat kondisi sistem dan beban kerja yang tidak manusiawi, tampaknya sulit bagi ibu, karena hampir banyak waktunya dibuat bekerja tanpa mengetahui perkembangan anak secara menyeluruh. Kecuali ibu yang bekerja dari rumah atau di luar yang punya fleksibilitas dan otoritas mengatur waktu sendiri. Ibu harus punya waktu mengamati perkembangan anak. 

Finlandia merupakan contoh negara yang mempunyai perhatian besar pada pendidikan dan hak kaum perempuan sehingga menjadi negara dengan pendidikan terbaik di dunia, pemerintah tak segan memberikan cuti melahirkan selama 6 bulan pada ibu dan juga ayah, menyediakan buku parenting kepada keluarga baru, serta memberi uang gaji bulanan, dsb. Beban ibu terbantu kan oleh fasilitas dan kemudahan dari pemerintah seperti boleh membawa anak saat bekerja, konseling ibu hamil, healthcare dan daycare secara gratis, ibu juga diberi kesempatan pendidikan untuk berkuliah sehingga bisa menitipkan anaknya. Oleh karena itu, kunci keberhasilan utama pendidikan terletak pada keluarga. 

Memang tugas ibu tidak mudah, sejatinya pendidikan adalah proses belajar, ibu dan anak sama sama belajar. Ini adalah perenungan bagi seorang ibu mengenai apa yang terjadi dilema ibu rumah tangga atau karir. Tidak ada mana yang paling baik, keputusan berdasarkan pertimbangan dan pengamatan yang masing masing individu ibu yang menjalani mana yang terbaik.

Sekolah memonopoli pendidikan anak

Pergeseran nilai sekolah yang saat ini hanya mengunggulkan kemampuan intelektualitas daripada nilai keteladanan. Sekolah telah mengambil alih peran ibu. Fenomena sekolah berlabel internasional, berbasis agama, dll, sehingga membuat banyak orangtua berbondong-bondong dan menginginkan pendidikan terbaik untuk anak, pendidikan dianggap sama dengan sekolah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun