Mohon tunggu...
Clint Perdana
Clint Perdana Mohon Tunggu... Penulis - Just an Ordinary Learner

Menulis sebagai media bertukar pikiran, diskusi dan dakwah modern di tengah luas namun sempitnya dunia ini, mari berbagi!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rintihan dan Senandung Harapan di Ladang Ilmu

16 Juli 2023   20:15 Diperbarui: 16 Juli 2023   20:37 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru; Sumber: openclipart.org 

Di bawah naungan langit Nusantara terang,
Guru honorer, penghias taman ilmu, merangkai harapan yang sedang.
Mereka, pelita dalam genggaman, berjalan di tepi kebisingan zaman,
Tak sempat bercahaya penuh, namun mimpinya tak pernah pudar dan layu.

Mereka menari di panggung harapan, menghimpun kata menjadi warna,
Menyulam masa depan bangsa, di belantara penuh tanya.
Namun sayang, langkah mereka tersandung, di relung bisu sejarah,
Mereka layak berdiri di pentas, namun sering tersisih, terlewat dalam keriuhan.

Langit terbentang, seolah tiada ujung dalam dilema,
Harapan dan kepastian menjadi kekasih yang saling berpelukan dalam dilemma.
Pada gurauan takdir ini, guru honorer berjalan di tepi jurang,
Menantikan suatu hari, dimana potensi mereka berarti kesempatan.

Matahari tetap terbit, walau fajar menelan kegelisahan,
Dalam deru angin, tersimpan mimpi untuk merubah peradaban.
Ayo kita bangun jembatan maya, buka tabir dunia dengan konektivitas,
Tunjukkan pada mereka, bahwa hari ini adalah awal perubahan.

Perubahan dimulai dari sebuah mimpi, dan mimpi itu terbentuk dari keberanian,
Berani berjalan meski jalan berliku, berani berjuang meski jatuh berkali-kali.
Guru honorer, kau adalah pelaut yang mengarungi samudera kehidupan,
Kau adalah satu dari pahlawan pengukir perubahan dalam genggam hati.

Dalam keramaian dan kerumitan, kau tetap mengajarkan,
Bahwa ilmu itu seperti padi, semakin berisi semakin merunduk.
Perjuanganmu menunjukkan pada dunia, bahwa pendidik tak hanya mengajar,
Namun juga belajar, belajar untuk beradaptasi, belajar untuk merubah diri.

Ada hari-hari ketika kejernihan mata mereka pudar, keletihan merajam wajah,
Namun dalam dada mereka, tak ada kata menyerah dalam kamus mereka.
Mereka adalah petani mimpi, menggarap lahan harapan dengan tekad baja,
Saat dunia tidur, mereka masih berdiri, memandang langit, mencari jalan ke bintang.

Kita semua menginginkan hari itu, hari di mana matahari memancarkan sinarnya terang,
Hari di mana guru honorer berdiri di podium, menyulam mimpi-mimpi di langit biru.
Di hari itu, Indonesia yang kita cinta akan tersenyum,
Menyambut penghargaan dan penghormatan bagi semua pendidik.

Untuk para guru honorer, yang berjuang dalam kebisuan malam,
Mengajarkan bahwa cinta itu abadi, layaknya cinta kalian pada ilmu.
Kalian adalah pelita, yang dengan gagah berani membelah kegelapan,
Menyinari jalan kecerdasan Nusantara, layaknya bahtera membelah ombak.

Namun, ketuklah hati kita, "Apa yang telah kita lakukan?"
Apakah kita cukup bersyukur, atau kita memilih buta?
Apakah kita melupakan, bahwa tanpa nyala mereka, kita berada dalam kegelapan?
Tanyakan pada diri sendiri, "Adakah lebih banyak yang bisa kita berikan?

Jakarta, 16 Juli 2023 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun