Adapun program yang dilakukan yaitu pembekalan terhadap guru mengenai literasi di lingkungan sekolah mulai dari literasi yang paling dasar sampai literasi digital, pendampingan pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) tahap 2 atau tahap transisi, pembuatan media pembelajaran mengenai pantun dan surat undangan sebagai upaya meningkatkan keterampilan berbahasa para siswa, dan pengarahan kepada orang tua/wali dalam pendampingan siswa untuk pembelajaran di rumah.
Sepanjang kegiatan berlangsung, banyak hambatan yang terjadi baik dari pihak mahasiswa, guru, siswa, maupun orang tua/wali.Â
Salah satu hambatan yang cukup besar dalam penerapan program yang telah dirancang bersama pihak mahasiswa dan guru adalah kemampuan beberapa siswa yang masih belum menguasai kemampuan membaca dan menulis.Â
Ini merupakan temuan masalah yang tidak diduga, pasalnya siswa yang menjadi sasaran program ini merupakan siswa yang sudah menduduki kelas 5 sekolah dasar.Â
Ketidakmampuan beberapa siswa untuk membaca dan menulis disebabkan oleh lingkungan yang tidak membiasakan mereka untuk belajar membaca dan menulis.
Faktor lain berdasarkan pengungkapan guru yaitu disebabkan oleh ketidakmampuan siswa dalam memahami materi yang dijelaskan secara daring.Â
Faktor tersebut juga memiliki akar permasalahan berupa tidak semua siswa memiliki perangkat untuk mengakses materi-materi yang dibagikan oleh guru. Keterbatasan perangkat yang dimiliki menjadi faktor yang cukup krusial, pasalnya guru juga kesulitan untuk menyiasatinya.
Seperti apapun kondisi di lapangan, program literasi di lingkungan sekolah harus tetap menjadi perhatian semua kalangan. Literasi di lingkungan sekolah merupakan faktor yang begitu berpengaruh besar pada perubahan jangka panjang.Â
Gerakan literasi sekolah juga sudah lama menjadi program yang dijalankan oleh pemerintah.Â
Dengan adanya program KKN Tematik UPI dengan tema literasi diharapkan mendukung peningkatan literasi terutama pada lingkungan sekolah.