Mohon tunggu...
Clemens Ambrosius M. Linus
Clemens Ambrosius M. Linus Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Menjalani hidup dengan prinsip.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gap Year, Bukan Sebuah Langkah Mundur

28 Februari 2023   10:02 Diperbarui: 28 Februari 2023   10:03 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentunya bagi siswa-siswi SMA kurang lebih mengenal istilah Gap Year. Istilah tersebut merujuk kepada waktu senggang setelah SMA dan sebelum kuliah. Pada umumnya, pelajar Indonesia langsung menekuni perguruan tinggi setelah menggeluti masa-masa SMA. Di sisi lain, Gap Year adalah sebuah keputusan bagi para pelajar yang ingin meluangkan satu tahunnya untuk kegiatan lain sebelum memutuskan untuk lanjut ke perguruan tinggi. Dengan kata lain, siswa atau siswi lulusan SMA menunda waktu masuk ke perguruan tinggi. 

Periode Gap Year, biasanya 1 atau 2 tahun, adalah waktu kosong yang digunakan lulusan SMA untuk beristirahat, atau bahkan bekerja. Pemilih Gap Year pada umumnya adalah lulusan SMA yang tidak diterima di dalam perguruan tinggi, sehingga memilih untuk "menganggur" selama satu tahun, atau memang memutuskan untuk Gap Year karena pertimbangan tertentu. Hal ini disebabkan karena merasa umurnya masih terlalu muda untuk bekerja namun tidak memiliki sekolah. Permasalahannya adalah kerap kali Gap Year dipandang sebagai suatu aib dikalangan pelajar karena dianggap membuang-buang waktu yang dimiliki pada masa muda, yaitu masa efektif belajar. Banyak orang memiliki stigma negatif terhadap Gap Year. Padahal, sebenarnya Gap Year dapat menjadi berguna apabila dimanfaatkan dengan baik. Kecenderungan ini menyebabkan besarnya potensi terciptanya tekanan sosial bagi mereka yang ingin menjalani Gap Year. 

Keputusan yang tergesa-gesa biasanya adalah keputusan yang kurang matang. Hal ini juga menyangkut produktivitas yang digunakan pada masa muda. Tentunya belum semua anak muda mengetahui tujuan hidupnya atau apa yang ingin dicapainya di masa depan saat lulus SMA. Tidak semua lulusan SMA memiliki visi-misi yang jelas, sebagian besar justru melanjutkan kuliah atas nasehat turun menurun yaitu belajar segiat-giatnya untuk mencapai ilmunya setinggi mungkin tanpa sebenarnya mengetahui keinginan dirinya. Sistem pendidikan sekarang yang menuntut para siswa untuk memperoleh nilai setinggi-tingginya dan berkompetisi tidak serta merta akan mempersiapkan para siswa untuk masa depan yang mereka inginkan. Pembelajaran monoton tidak bermakna tak membangkitkan motivasi atau memicu ketertarikan dari siswa mengenai suatu bidang tertentu, karena mereka hanya berfokus pada nilai. 

Setelah kurang lebih 12 tahun berkelana di dunia pendidikan sekolah yang seragam, Gap Year memberikan kelonggaran bagi seseorang untuk kembali memikirkan jalan hidupnya, memberikan waktu baginya untuk berpikir lebih dalam, dan mengenal dirinya. Hal ini sangat penting, terutama bagi mereka yang belum menemukan jati dirinya, hanya mengikuti nasehat yang mereka sendiri tidak paham mengapa. Dengan itu waktu Gap Year dapat digunakan untuk mengeksplorasi dan belajar lebih banyak hal. Waktu bebas dan kehendak bebas yang dimiliki seseorang memungkinkannya untuk mencoba hal-hal baru sesuai keinginannya. Tentunya hal ini membutuhkan komitmen dan keteguhan yang tinggi, dan tetap bertujuan untuk belajar serta mempersiapkan diri. Agar kelak terhindar dari keputusan yang salah.

Gap Year dapat digunakan untuk mengenal jati diri. Salah satu permasalahan yang sering dialami anak muda adalah belum ditemukannya bakat dan minat dirinya. Tidak semua mengetahui bakat, minat, tujuan, dan arah apa yang akan dijalani di masa depan. Kita tidak bisa menjamin semuanya siap menjalani kehidupan yang tidak ada kepastian di masa kuliah. Sehingga daripada menjalaninya tanpa arah dan tujuan yang jelas, siswa dapat menjalani Gap Year untuk menggali lebih dalam mengenai dirinya sendiri, mencari inspirasi, dan makna kehidupan selama periode tersebut. Dalam waktu tak menentu tersebut justru seseorang dapat lebih mengenal karakter diri dan kemudian belajar untuk mengontrol dirinya sendiri. Waktu 'senggang' tersebut dapat digunakannya untuk mempersiapkan kuliah, mengasah keterampilan lebih dalam lagi, dan belajar untuk lebih mandiri karena memperoleh pengalaman mengatur diri sendiri di masa senggang tersebut. Tentunya Gap Year akan memiliki banyak sisi positif apabila dimanfaatkan dengan baik.

Terakhir, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap orang memiliki jalan hidup yang berbeda. Tidak ada yang sama persis. Namun, tanpa disadari, masa kanak-kanak sampai dengan SMA setiap anak muda seakan-akan sudah terprediksi dan diatur sedemikian rupa. Kurang lebih sama, yaitu masuk TK (Taman Kanak-Kanak), SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), dan SMA (Sekolah Menengah Atas) /sederajat. 

Setelah masa SMA, seseorang dilepas untuk menghadapi dunia nyata, dan menentukan kemana ia akan membawa hidupnya. Itulah yang menjadi persoalan, karena tidak semua orang sudah siap menghadapi masa tersebut. Lagipula, sejatinya tidak ada keharusan seseorang untuk langsung melanjutkan kuliah setelah SMA. Menuntut ilmu tidak pernah mengenal usia. Niat dan tekad lah yang terpenting bagi seseorang untuk belajar. Seperti kata kata oleh Ningsih Ashilla, "Belajar tidak mengenal usia, gender, maupun status."

Lebih dari itu, apakah dengan meraih jenjang pendidikan yang tinggi kehidupan seseorang dapat terjamin? Terjamin dalam arti bahagia, memiliki kestabilan finansial, sejahtera, dan nyaman? Banyak cerita orang-orang hebat yang bahkan tidak memiliki ijazah sarjana. Di sisi lain, banyak pula orang-orang yang meraih pendidikan tinggi namun masih kesulitan mengatur hidupnya. Bahkan banyak tokoh-tokoh yang pernah putus sekolah dalam masa hidupnya namun dapat menjadi sukses di masa depannya. Contoh tokoh-tokoh besar tersebut adalah Bill Gates pendiri Microsoft, Mark Zuckerberg pendiri Facebook, dan termasuk Steve Jobs pendiri Apple Inc dan Pixar. Maka tidak ada jalan yang pasti. Pandangan-pandangan yang buruk atau stigma negatif terhadap Gap Year tidaklah lagi relevan di masa kini yang memiliki banyak kemungkinan.

Sebagai kesimpulan baik atau buruknya Gap Year tentunya tergantung bagaimana seseorang menggunakan Gap Year itu sendiri. Apabila digunakan dengan baik, saya percaya buah yang dihasilkan Gap Year jauh lebih besar daripada langsung terjun ke dalam dunia kuliah tanpa mengetahui apa yang harus dilakukan nantinya. Banyak orang yang menjalani Gap Year dan mengakui dapat mengenal dirinya sendiri secara lebih setelah mencoba-coba berbagai hal dalam Gap Year tersebut.

Dalam salah satu vlog dari channel Youtube Maudy Ayunda, ia mengungkapkan bahwa melakukan Gap Year selama satu tahun memungkinkannya untuk berkarir dalam dunia perfilman, dan meneguhkan langkahnya untuk diterima di sekolah idamannya, yaitu Oxford University. Jika kita berpikir dalam jangka panjang, tidak ada yang perlu ditakuti menjalani Gap Year. Pandangan dan stigma negatif mengenai Gap Year oleh masyarakat juga harus dihilangkan karena justru akan menciptakan tekanan bagi mereka yang menjalaninya. Waktu yang dikira sia-sia dapat bermanfaat apabila digunakan dan dimanfaatkan dengan bijak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun