Mohon tunggu...
Claudia Winata
Claudia Winata Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang ibu rumah tangga pecinta tanaman dan beagle sekaligus freelancer Web Design & Digital Marketing dan pecinta game.

Lulusan Teknik Informatika Univesitas Surabaya yang menyukai programming, computer gaming dan logika dibaliknya. Mengajar sebagai asisten dosen dan juga dosen pemrograman di STIKOM Surabaya 2001-2005 (sekarang Universitas Dinamika) dan memutuskan berhenti bekerja fulltime untuk membesarkan anak-anaknya. Justru menemukan passionnya dalam pekerjaan freelance sebagai web designer sekaligus digital marketer yang ditekuni hingga hari ini. Penyuka teknologi baru, gadget dan algoritma. Pelajari lebih banyak di www.ank-webdesign.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pasang Lift di Rumah: Uber Gengsi Vs Kebutuhan?

26 Januari 2021   17:02 Diperbarui: 26 Januari 2021   17:12 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah bertingkat seringkali menjadi masalah bagi mereka yang memiliki keterbatasan fisik (shutterstock)

30 Tahun yang lalu masih teringat kompleks perumahan yang kutinggali bersama orang tua di kota Surabaya. Rumah 1 lantai dengan halaman depan yang luas, tempatku berlari-lari menghabiskan masa kecilku. Masih juga tersedia halaman belakang, dengan paviliun kecil terpisah, kolam ikan kecil, pohon mangga rimbun. Sungguh suatu kemewahan. 

Jika dibandingkan dengan saat ini di mana rumah di cluster yang kutinggali hanya menyisakan carport mungil di depan, dan tanah kosong secuil untuk jemuran baju di halaman belakang. 

Sebagai kompensasi dari semakin menyusutnya luas horizontal, perumahan masa kini semakin menjulang ke atas. Dari awal mulanya rumah 2 lantai, 3 lantai, 4 lantai.. bahkan rumah atau ruko 4.5 lantai semakin menjamur akhir-akhir ini.

Tak hanya di kota besar,

bahkan di kota kecil dan kabupaten pun tanah semakin menyusut dan hunian semakin menjulang tinggi. Hal ini tidak menjadi masalah besar jika penghuni rumah terdiri dari orang-orang muda yang sehat. 

Tapi bagaimana dengan kakek nenek yang harus tinggal bersama anak cucunya? Atau bagaimana dengan mereka yang memiliki keterbatasan fisik dan harus menggunakan kursi roda? 

Pada umumnya rumah bertingkat disusun dengan mengoptimalkan ruang yang ada. Lantai pertama dimanfaatkan sebagai  ruang makan, dapur dan ruang keluarga. 

Sedangkan kamar-kamar biasanya diposisikan di lantai atas, yang sebenarnya cukup ideal jika memikirkan sirkulasi udara dan pencahayaannya. Tapi sekali lagi, hal ini menjadi masalah yang cukup rumit jika penghuni rumah adalah mereka yang berusia lanjut atau memiliki masalah kesehatan serius seperti sakit jantung bawaan atau osteoarthritis.

Ditemukannya teknologi lift rumah adalah jawaban dari permasalahan ini. Sebentar, emang apa bedanya lift rumah dengan lift biasa yang dipasang di pusat perbelanjaan atau gedung-gedung perkantoran? 

Lift yang sering kita jumpai di gedung-gedung tinggi pada umumnya adalah lift hidrolik. Berukuran besar, bergerak dengan kecepatan tinggi, dan dipasang dengan menggali pondasi, mempersiapkan ruang mesin terpisah sebagai penggerak lift dan membutuhkan perawatan serius yang rutin setiap 2 minggu atau setiap bulannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun