Mohon tunggu...
Claudia Magany
Claudia Magany Mohon Tunggu... Freelance

Mantan lifter putri pertama Indonesia, merantau di Italia +15 tahun, pengamat yang suka seni dan kreatif!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Catatan dari Italia untuk Sri Paus Fransiskus

28 April 2025   20:08 Diperbarui: 29 April 2025   08:19 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mohon doakan saya. Terima kasih banyak (Foto ilustrasi dokumen pribadi)

Senin lalu, kami sudah bersiap keluar untuk olahraga jalan kaki. Kami sudah sepakat mau keliling Oderzo dan mampir di makam mama mertua. Namun telepon saya kok berdering terus, ya? Biasanya kalau sudah baca pesan atau menjawab telepon, rencana bisa berantakan semua. Lihat suami mulai gelisah, jadi saya abaikan dering tersebut.

Gedung-gedung perumahan di sekitar, tampak sepi. Banyak pintu dan jendelanya yang tertutup rapat. Mungkin mereka pergi keluar kota karena anak sekolah sudah diliburkan sejak Kamis sebelum paskah. Minggu berikutnya juga ada long weekend karena 25 April tanggalan merah.

Sepanjang jalan, telepon masih terus-terusan berdering. Sebelum masuk kompleks pemakaman, akhirnya saya baca pesan-pesan tersebut. Ada teman Indonesia di Campobasso yang menulis, "Papa Francesco meninggal ya mbak". Pesan-pesan lainnya saya lewati. Dari grup Movimento dei Focolari tertulis sederet pesan. Karena tertulis dalam bahasa Italia, jadi saya baca keras-keras agar didengar suami, "E' morto Papa Francesco" (Paus Francesco meninggal dunia)

Reaksi suami langsung mengambil telepon untuk cross check kebenaran berita ini. Mukanya terlihat pucat, "Kali ini bukan hoax karena RAI dan Mediaset sudah umumkan secara resmi beritanya."

Letak kuburan mertua, jauh di belakang kompleks. Jadi kami mampir dulu ke makam paman dekat pintu masuk. Tak disangka, istrinya juga sedang nyekar. Sudah lewat jam 10 tapi suasana sangat lengang sehingga suara bisik-bisik bisa terdengar jelas.

Waktu kami beritahu bahwa Paus Francesco meninggal, Zia Franca langsung menangis. Ada pelayat lain yang mendatangi kami karena dia ikut mendengar jelas infonya. Bapak itu pun menangis.

Buru-buru kami tinggalkan mereka sebab kami ingin segera pulang untuk mengikuti berita di televisi. Saat kami keluar lewat pintu lain, Zia Franca sudah dikelilingi orang-orang yang mungkin ikut mendengar berita tentang meninggalnya Sri Paus. Mereka terlihat saling memeluk dan menangis.

Sepanjang perjalanan pulang, kami mencoba menebak-nebak kondisi kesehatan Sri Paus dan mama mertua yang juga bermasalah dengan paru-paru dan berakibat fatal. Selama ini media selalu memberitakan bahwa Sri Paus terganggu kesehatan paru-parunya.

Menurut suami, wajarlah kalau Papa Francesco meninggal, sebab kemarin pagi sudah terlihat seperti mayat hidup yang dipaksa tampil di balkon alun-alun Vatican. Suaranya juga sangat terbata-bata dan tangannya sudah kaku untuk memberi berkat dengan gestur tanda salib. 

Tiba di rumah, kami langsung mantengi televisi. Semua kanal menyiarkan liputan langsung dari Vatican. Beberapa stasiun menayangkan cuplikan dokumentasi pelayanan Papa Francesco. Sesekali ditampilkan tokoh-tokoh dunia yang menyampaikan belasungkawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun