Mohon tunggu...
Claudia
Claudia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang mahasiswa yang masih belajar banyak hal

Selamat datang di laman kompasiana milik Claudia! Semoga tulisan-tulisan saya dapat memberi insight dan menghibur saudara semua, sangat dipersilahkan jika kamu ingin memberi opini dan masukan di komentar yaa..

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Jurnalisme Warga dan Demokrasi

17 Maret 2022   22:59 Diperbarui: 25 Maret 2022   13:02 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Terjadinya perkembangan teknologi, sangat membantu manusia untuk melakukan banyak hal. Seperti berkembangnya internet pada    semua wilayah, membuat seseorang mudah untuk berkomunikasi dalam jarak jauh, serta mudah untuk memberi dan mene-rima informasi. Begitupun apa yang sedang terjadi saat ini, siapapun dapat menggunakan berbagai media untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. 

Selain itu melihat pada industri media berita, kini mereka juga memberikan kesempatan bagi para warga/citizen untuk melaku-kan kegiatan jurnalistik, di berbagai platform yang tersedia. Jauh berbeda dengan apa yang terjadi sebelum teknologi berkembang pesat, kegiatan jurnalistik banyak dilakukan oleh mereka yang berprofesi sebagai jurnalis. Sehingga orang-orang yang paling tahu berita terbaru, yaitu mereka para jurnalis. 

Kejadian ini tentu, menyulitkan bagi masyarakat untuk melakukan demokrasi saat itu. Karena mereka tidak memiliki akses dan tidak leluasa untuk mencari berita, terlebih teknologi yang tidak secanggih saat ini. Pada essay ini penulis akan menulis mengenai jurnalisme warga dan demokrasi sesuai perkembangan teknologi saat ini.

Tahun 2000an menjadi dekade bersejarah pada perkembangan industri berita. Ketika para jurnalis dan produser mengadopsi alat dan teknologi digital, produsen berita seperti BBC, CNN, dan The New York Times memiliki situs online tahun 1996.  Sehingga Internet dapat dilihat sebagai sumber bernilai untuk mencari infomasi dan fakta, serta sebagai alat distribusi medium baru untuk konten berita, meskipun dampak transformatifnya saat itu belum terlihat. 

Pada akhir tahun 2000-an dampak internet terlihat jelas pada media berita, khususnya surat kabar yang menjadi radikal dan transformatif. Perubahan itu tejadi sehubungan dengan pergeseran media komunikasi massa menjadi konvergensi  media sosial dalam hal produksi, distribusi, kekuasaan, konten dan hubungan produsen-konsumen yang berdampak pada semua tingkat surat kabar.

Ian Hagreaves (1996), mantan editor New Statesman meneliti bahwa internet membawa jurnalistik mendekat kepada demokrasi ideal dimana 'semua orang adalah jurnalis, karena dalam demokrasi, semua orang berhak membicarakan fakta dan pandangan-nya'. Dari pernyataan mantan editor New Statesman, maka masyarakat atau para citizen dapat berkontribusi untuk mengemukakan pendapat. 

 Kini sudah tersedia berbagai platform, seperti kompasiana, wordpress, indonesiana, blogger dll. Shayne Bowman and Chris Willis mendefinisikan praktik citizen journalism, sebagai tindakan warga negara, atau sekelompok warga negara, yang berperan aktif dalam proses pengumpulan, pelaporan, analisis, dan penyebarluasan berita dan informasi untuk memberikan informasi yang independen, andal, luas, dan relevan yang diperlukan oleh demokrasi.

Zaman modern dengan teknologi yang canggih menjadi kesempatan untuk siapapun tanpa batasan suku, ras, agama, yang tertarik dalam bidang jurnalistik. Namun bukan berarti menjadi setara dengan para jurnalis profesional. Karena citizen journalism melakukan kegiatan ini dengan kerelaan hati, waktu dan tenaga. Menjadi citizen journalism pun, berarti kita harus membagikan informasi penting bagi khalayak, dengan mempelajari dan mengikuti situasi yang sedang terjadi. 

Sehingga demokrasi pun harus dilakukan dengan cerdas. Demokrasi pun sebenarnya bisa dilakukan melalui petisi secara online, seperti melalui website change.org. Hal ini menjadi sarana/wadah yang harus digunakan dengan benar. Meskipun sebenarnya be-lum ada dasar demokrasi melalui internet atau secara elektronik. Setidaknya melalui media online, demokrasi yang dilakukan lebih tertata, tidak anarkis dan tidak merusak fasilitas publik di jalanan atau sekitar wilayah demokrasi.    

Tentu harus ada edukasi bagi setiap pengguna internet, untuk memahami masa transisi kultur digital khususnya di Indonesia. Karena kehadiran internet tidak akan menjadikan manusia lebih baik, jika manusia atau pengguna internet itu sendiri tidak dapat memahami dan berpartisipasi aktif dalam perkembangan teknologi saat ini. 

   

Perkembangan teknologi membawa manfaat besar dalam memenuhi kebutuhan manusia, khususnya industri berita. Sehingga dapat terjadi globalisasi informasi, dimana semua orang dapat saling memberi dan menerima berita. Tinggal bagaimana kita sebagai citizen berpartisipasi, menerima, mengelola informasi/berita dengan cara yang benar, khususnya secara online.

Meskipun saat ini, para citizen juga dapat berpartisipasi dalam kegiatan jurnalistik, bukan berarti menggantikan para jurnalis profesional. Karena para jurnalis tersebut terlindungi oleh persatuan wartawan, memiliki kode etik yang tidak dimiliki oleh citizen journalism. 

Namun tidak ada salahnya jika kita, sebagai citizen ingin melatih skill dan belajar menjadi seorang jurnalis, selama masih dalam batas wajar. Dengan demikian, kita bisa menjadi masyarakat maju dan tidak tertinggal, sehingga dapat membantu dan mendukung pergerakan negara menjadi lebih baik setiap waktu. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun