Mohon tunggu...
Helvira Hasan
Helvira Hasan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Perempuan Biasa!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Warna-warni Pelangi

6 Januari 2011   08:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:54 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

-Sebuah cerpen dari Vira Cla-

Merah, Kuning, dan Biru adalah tiga ciptaan Tuhan yang tinggal di suatu tempat yang tak berwarna. Merah, Kuning dan Biru serupa manusia tapi tampak transparan. Mereka tinggal bersama di rumah yang bening, sebening air yang mengalir di sungai belakang rumah. Mereka berpijak di atas tanah yang juga bening, sama beningnya dengan langit yang menaungi mereka. Ketika semua berwujud tanpa warna, mereka saling bertanya satu sama lain tentang dunia bening mereka.

"Menurutku, kita bertiga adalah warna. Tapi kenapa kita tak berwarna?" tanya Merah.

"Iya, kudengar dari dunia seberang, Kuning adalah nama warna. Kuning menjadi warna bintang di langit. Merah juga jadi warna api yang menghangati kita di musim dingin. Biru adalah warna laut tempat aliran sungai di belakang rumah kita berakhir." Kuning tampak semangat bercerita pada Merah dan Biru. "Kita adalah warna, tapi kenapa kita tak pernah tahu seperti apa warna-warna itu, ya?" Kuning mulai bingung.

"Tenang, saudaraku. Keadaan kita sekarang hanya sementara waktu. Lihat saja nanti, kita pasti akan berubah sesuai warna kita masing-masing. Merah akan tampak merah, Kuning akan tampak kuning, dan aku, Biru akan tampak biru." Demikian Biru yang kalem menjelaskan.

"Jadi, kita harus menunggu?" selidik Merah membara. "Ah, lama! Bisa jadi Tuhan menghendaki kita untuk berusaha mencari warna kita. Kita harus ke dunia seberang yang telah penuh warna!" lanjut Merah.

"Iya, Biru. Aku penasaran dengan rupa warna kita. Selama ini kita selalu bening," sambung Kuning.

Biru mengangguk-angguk. Ia berusaha mengerti ketidaksabaran kedua saudaranya. "Baiklah, tapi ingat, perjalanan nanti akan panjang. Kita harus bersiap dengan segala rintangannya." Biru memperingati. Biru seakan punya naluri yang kuat. Merah dan Kuning pun bersorak dengan rencana besar mereka, berpetualang ke dunia seberang.

Perjalanan mereka dimulai. Beberapa jarak yang ditempuh telah jauh meninggalkan rumah, tapi masih berada di dunia tanpa warna mereka. Biru mengeluh keletihan, ia ingin beristirahat sebentar. "Ah, Biru, kamu lemah sekali. Baru juga jalan sedikit sudah kecapaian!" Merah menggerutu. "Jalan sedikit??? Sudah berjam-jam kita berjalan tak henti, Merah!" bantah Biru. "Kamu aja yang lemah, baru segitu sudah mengeluh lelah." Merah berkata sambil mendelikkan matanya. "Sudah, tidak usah istirahat! Aku mau kita tiba di dunia seberang secepat mungkin! Kalau perlu, kita berjalan terus tak usah berhenti." Merah marah. Ia memang kurang bisa menahan emosi. "Aku tidak mau, Merah! Iya, aku lemah. Tapi, Kuning juga sudah terlihat keletihan. Kita harus istirahat dulu." Biru tetap tak mengalah.

"Sudah, sudah..." sergah Kuning. Merah dan Biru berpaling muka. "Merah, ayo, kita istirahat sebentar. Kita sudah lama berjalan. Apa kamu tidak capai?"

"Tidak. Aku sama sekali tidak capai. Aku sangat bersemangat. Tidak seperti kalian! Kalian manja!" hardik Merah. Biru jadi sedih. Ia tak ingin membuat Merah marah. Melihat Merah yang tak bisa memahami dirinya, Biru jadi sendu. "Tuh lihat, sedikit saja sudah mewek. Tak usah pasang tampang sedih begitu, Biru." Suara ketus Merah jelas tertuju pada Biru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun