"Hidup itu kaya makanan, dalam satu piring ini lo bisa ngerasain yang pahit sepahit-pahitnya atau yang seasin-asinnya kalau lo makannya sendiri-sendiri. Tapi kalau misalnya lo ambil sedikit-sedikit jadi satu suapan, terus lo makan, baru dia mengungkapkan jati diri yang sebenarnya."
Salah satu adegan di film Aruna dan Lidahnya menampilkan Bono, salah satu karakter utama di film tersebut, membandingkan kehidupan dengan sepiring makanan ketika sedang makan malam dengan teman-temannya.Â
Dalam hal ini, pengalaman-pengalaman kehidupan diumpamakan oleh tokoh Bono selayaknya rasa pada makanan dengan menggunakan kata-kata seperti 'pahit' dan 'asin'.
Contoh bahasa kiasan lainnya muncul ketika Bono dengan tokoh Nadeshda sedang membicarakan bagaimana tokoh Aruna berusaha berhenti memiliki perasaan suka pada tokoh Farish, "Aruna itu mengundurkan diri secara heroik dari kancah pertempuran setelah tahu kalau Farish punya pacar". Sebuah medan pertempuran yang biasanya digunakan dalam konteks peperangan atau kampanye militer, kali ini digunakan oleh tokoh Bono untuk menggambarkan pergulatan perasaan yang dirasakan oleh tokoh Aruna.
Bahasa kiasan menurut Perrine (1987: 583) adalah sebuah cara untuk mengungkapkan sesuatu dengan cara yang unik atau tidak menggunakan cara yang umum digunakan ketika menyampaikan hal tertentu.Â
Bahasa kiasan dapat menyampaikan makna secara efektif karena mampu memicu daya imajinatif audiens ketika mengonsumsi sebuah karya baik dalam bentuk film, puisi, novel, dan lain-lain.Â
Selain itu, Perrine juga menambahkan bahwa bahasa kiasan merupakan sebuah cara untuk memperjelas imaji yang ada pada sebuah karya, dalam hal ini membuat sesuatu yang biasanya bersifat abstrak menjadi konkrit serta mempertajam intensitas emosi.Â
Bahasa kiasan dalam film Aruna dan Lidahnya juga muncul pada situasi-situasi yang membahas cita rasa makanan. Ketika tokoh Aruna mencicipi hidangan yang dimasak oleh tokoh Bono, dia berkomentar: "Siapa gue berhak mendapatkan serpihan surgawi".Â
Kiasan surga untuk mendeskripsikan kelezatan makanan juga digunakan oleh tokoh Bono dan tokoh Nadeshda ketika sedang mencicipi bakmi kepiting khas Pontianak seperti "Waw, surga kelihatan di depan mata," yang lalu ditimpali dengan "Bener Bon, I felt like I just died and went to heaven".Â
Salah satu fungsi dari bahasa kiasan adalah untuk menciptakan penggambaran yang menarik. Wren (1981) menyatakan bahwa bahasa kiasan adalah penyimpangan dari bentuk bahasa atau rangkaian gagasan yang biasa atau umum digunakan dengan tujuan untuk menghasilkan efek yang lebih baik.Â
Dengan kata lain, bahasa kiasan adalah variasi penggunaan bahasa yang berhasil menyiratkan makna yang tersembunyi dengan memberikan pengaruh yang besar.Â