Mohon tunggu...
Clara Ayu Sheila
Clara Ayu Sheila Mohon Tunggu... -

the more we share, the more we have

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Design Expo 2014: Gelar Seminar Design & Entrepreneur "Together We Design The Future: Timeless Design"

2 Juni 2014   15:48 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:49 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14016987712048837005

Design Expo 2014, acara tahunan dari School of Design (SoD) UPH, kembali diadakan. Tahun ini, Design Expo 2014 dirancang dengan sebuah misi untuk memperkenalkan SoD kepada khalayak melalui serangkaian kegiatan menarik seperti seminar, kompetisi dan expo. Kegiatan ini akan diadakan secara berantai hingga puncak acara pada 17 Juni 2014 nanti. Salah satu rangkaian kegiatanyang baru digelar pada hari Sabtu (21/05) lalu adalah Design & Entrepreneur Seminar.

Paulus S. Whanarahardja, selaku Ketua Jurusan Desain Interior UPH, menjelaskan “Melalui Design Expo 2014 ini, mahasiswa desain yang haus dan memiliki keinginan untuk mengerti akan dunia desain ini, dapat memiliki cara pandang mengenai dunia desain yang selangkah lebih maju, sehingga nantinya SoD UPH dapat menciptakan lulusan yang tidak hanya sekedar menjadi seorang follower melainkan menjadi seorang konseptor dan bahkan menajdi seorang owner”.

Seminar yang dihadiri 100 peserta dari universitas sejabodetabek ini mengangkat tema “Together We Design The Future: Timeless Design”. Paulus menjelaskan pemilihan tema ini berangkat dari kejenuhan orang-orang pada tahun 90-an terhadap desain yang statis. Oleh sebab itu, orang mulai sadar akan desain yang memiliki arti dan hakiki, bukan sekedar desain saja. Ia menggunakan permisalan sebuah kursi, yang sudah banyak didesain sejak dulu, untuk bisa menghasilkan desain kursi yang ‘timeless’, desain kursi tersebut perlu dibuat yang beberda dan memiliki makna. Pesan ini yang disampaikan dalam seminar, sehingga peserta dapat memahami bahwa desain tidak bisa diciptakan dari apa yang kita suka saja, melainkan dibutuhkan pola pikir untuk menghasilkan karya yang dapat mengedukasi khalayak. Dalam menghasilkan sebuah desain yang dapat dinikmati sepanjang masa, seorang designer juga memerlukan kolaborasi dengan designer lain dan memperhatikan sustainability (desain berkelanjutan) yang perlu disadari untuk menjaga keseimbangan lingkungan saat ini.

Untuk memperkuat terwujudnya misi dari Design Expo 2014 ini, pembicara yang dipilih merupakan alumni dari SoD UPH yaitu Suyenni (Desain Interior UPH 2005), Owner LIMA Cafedan Ivan Christianto (Desain Produk UPH 2005), Product Designer LIMA Café. “Melalui kakak-kakak alumni ini, kita memiliki narasumber yang paling jujur. Mereka memiliki pengalaman yang dapat dibagikan mulai dari kerja prakter (KP) dan magang, hingga terjun ke dunia profesi. Proses inilah yang ingin kita bagikan ke adik-adik, yaitu agar mereka memahami betul dunia desain serta memiliki visi kedepan”, jelas Paulus.

Kedua pembicara dari latar belakang jurusan berbeda ini, berkolaborasi bersama untuk mewujudkan mimpi mereka dengan kahlian yang dikombinasikan hingga menghasilkan rancangan konsep coffee shop yang unik bernama LIMA Café. Berlokasi di Pantai indah Kapuk, LIMA Café yang terdiri dari lima lantai ini, didesain dengan menggunakan material bekas yang sustainable.

Suyenni menjelaskan berdirinya LIMA Café ini bermula dari sebuah mimpi memliki coffee shop kecil dengan konsep desain yang sesuai dengan karakter Suyenni sehingga pengunjung dapat menikmati hasil karya desainnya juga saat berada di LIMA Café ini. “Awalnya aku memang menargetkan LIMA Café ini untuk orang-orang dari ranah desain juga, sehingga mereka dateng kesini juga untuk cari ambience dan bisa appreciate karya desain disini”, jelas Suyenni.

Sebagai bentuk respon terhadap mimpinya ini, Suyenni mulai bergerak mencari kerabat dari latar belakang desain berbeda. Akhirnya, Suyenni berkolaborasi dengan Ivan Christianto sebagai product designer untuk coffee shop impiannya dengan modal sebuah ruko di daerah Pantai Indah Kapus nomor lima dan berlantai lima. Berangkat dari angka lima tersebut, Suyenni memutuskan memberi nama coffee shop-nya LIMA Café, simple dan mudah diingat.

Setiap lantai dari LIMA Café memiliki konsep desain yang berbeda. Lantai satu difokuskan untuk coffee shop dengan konsep design unik berbahan bekas. Beberapa material yang digunakan adalah seperti botol bir bekas, tabung Freon bekas, gulungan kabel dan lainnya. Beberapa produk yang cukup menarik adalah lampu gantung dari botol bir bekas dan tabung Freon bekas. Ivan menjelaskan ketertarikkannya terhadap konsep sustainable design, “Mendesain dengan material barang bekas itu menarik ya, memang dari segi harga material dari barang bekas sangat murah, tapi proses pembuatan barang bekas ini yang sudah ‘jadi’ menjadi sesuatu yang baru dan bernilai kembali membutuhkan biaya yang cukup besar. Proses mengolahnya pun juga tidak mudah karena harus merombak struktur yang sudah ada menjadi sesuatu yang baru”.

Lantai kedua dari LIMA Café didesain untuk acara seperti artspace dan toko kecil yang terdapat beberapa produk desain. Sedangkan lantai ketiga masih dalam tahap renovasi untuk studio kerja Suyenni dan dua lantai berikutnya akan terus dikembangkan kedepannya.

Suyenni dan Ivan juga membagikan pengalaman yang diperolehnya saat berkuliah di UPH. Begitu banyak ilmu yang diperoleh dan bermanfaat hingga memasuki dunia profesional. “Nilai terpenting dalam sebuah desain adalah proses, dan proses tersebut ia dapatkan saat masih berkuliah. Sama halnya dengan LIMA Café ini yang melalui proses panjang dan akan masih terus di explore”, ujar Suyenni.

Pada akhir sesi, Suyenni dan Ivan menekankan bahwa dalam mendesain LIMA Café ini, setiap karya yang diciptakan tentu diharapkan memberikan dampak terhadap pengunjung. Mereka menekankan nilai kejujuran dalam mendesain sesuatu. “Idealis yang dituangkan dalam desain di LIMA Café ini adalah kejujuran. Jika ingin menghasilkan karya yang sustainable gunakanlah material yang benar-benar sustain seperti barang bekas asli, yang bukan dibuat-buat seperti kebanyakan orang lakukan. Gak perlu melulu ikutin trend diluar supaya orang suka, yang penting jujur dan melalui karya itu kita bisa mengedukasi orang”.

Salah satu peserta dari seminar ini, Agnes, Desain Interior UNTAR, mengaku mendapatkan banyak informasi baru yang menarik. “Tema dari LIMA Café ini unik banget dan yang menurut aku bagus banget café ini berangkat dari mimpi sehingga gak terpaku dengan konsep yang sudah ada. Pemilihan material dari barang bekas ini juga menjadi inspirasi buat aku. Setelah dengar kisah mereka ini aku jadi kepikiran untuk kedepannya aku harus bisa menghasilkan sesuatu yang bisa menginspirasi orang banyak seperti kakak-kakak pemilik LIMA Café tadi”, ujar Agnes. (ca)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun