Mohon tunggu...
Citra Rahmah Putri
Citra Rahmah Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Pendidikan Khusus UNJ17 I Muslimah I.

Bismillahirrahmanirrahim. Suka membaca, dan mendengarkan banyak hal. Sedang belajar menyukai dan mencukupi kebutuhan menulis, Individu yang mencoba membiasakan menyukai Perpustakaan; yang mencoba menerima Kenyataan dan Memulai Rutinitas baru. Ingin terus Belajar Banyak Hal dari orang-orang Baik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Istilah Pendidikan Khusus: Autis, Klasifikasi Bahasa Isyarat

24 Juni 2022   09:00 Diperbarui: 7 November 2022   15:24 2295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1.1 Klasifikasi Bahasa Isyarat di Indonesia. Sumber : google.com

Bismillahirrahmanirrahim.

Sejatinya kalau kita telusuri secara mendalam kita ini semua dalam Anak berkebutuhan khusus. Tak bisa hidup tanpa orang lain, tak sempurna, dan banyak sekali kekurangan dan hambatan.-CRP-

Istilah dalam pendidikan khusus In Bahasa Part.2

  • Isyarat terbagi menjadi isyarat SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) dan BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia). Teman-teman bisa membedakan dari cara juru bahasa isyarat menggunakan tangannya; jika juru isyarat menggunakan kedua tangan dan banyak mengisyaratkan tan berImbuan (Ber/Ter/-an/Mem, dan lain-lain) kemungkinan besar juru bahasa isyarat tersebut, menggunakan SIBI. JIka teman-teman dapati menggunakan satu tangan {Cenderung tanpa penggunaan Imbuhan diawal kata), dengan isyarat yang lebih singkat dan mudah dimengerti kemungkinan juru Isyarat menggunakan BISINDO.
  • Pendidikan khusus merupakan keilmuan yang membahasa terkait Anak berkebutuhan khusus. Membahas perspektif terkait apa itu ABK, klasifikasi, karakteristik, kebutuhan belajarnya, aksesibilitas ABK dan lain-lain. Baca tentang istilah Difabel atau Disabilitas dipostingan sebelumnya yak.
  • Sering kali penulis dan teman-teman penulis dapati, sedikit-sedikit orang pada umumnya mengidentifikasi sekilas bahwa anak-anak pada umumnya yang mengalami hambatan belajar atau hambatan komunikasi dan perilaku. Seperti dilabelkan dengan Autis atau hambatan intelektual. Padahal loh teman-teman yang penulis sayangi, untuk memberikan pelabelan itu butuh proses identifikasi yang tidak singkat, bahkan butuh berbulan-bulan untuk mengidentifikasi apakah anak tersebut Anak Berkebutuhan khusus atau difabel.
  • Untuk memberikan pelayanan pendidikan dalam belajar bagi anak yang telah teridentifikasi Anak Berkebutuhan Khusus, guru akan melakukan Asesmen untuk mengetahui kekuatan/kelebihan, dan kekurangan peserta didik untuk menyusun program pembelajaran yang tepat.
  • Maka dari itu kami segenap orang-orang yang berada di ranah Pendidikan Khusus melakukan Identifikasi dan asesmen untuk mengenali apakah anak tersebut Anak Berkebutuhan Khusus atau tidak; penguatan dari Dokter neurologi, Psikolog, serta portofolio peserta didik dari cerita orang tua terutama ibu saat mengandung, melahirkan dan setelah melahirkan jadi penguatan hasil identifikasi yang kami lakukan.
  • Selayaknya Tim , kami saat butuh kerja sama antar orang tua, guru umum, psikolog dan dokter neurologi,bidan dan pihak terkait tumbuh kembang anak. Namun, disini penulis ingin mengingatkan  saya, Kita harus tahu batasan ranah yang mana jobdesck  kita dan mana yang bukan. Seperti Kami calon dan guru pendidikan khusus hanya memperbaiki diranah Pendidikan anak, kami bukalah terapis untuk perilaku ataupun dokter yang bisa memberi labeling akan apakah anak tersebut ABK atau bukan, KAMI hanya sekadar mengetahui saja dari identifikasi dan itu sebagai penguatan portofolio peserta didik kami untuk kami buatkan program pendidikannya.
  • Begitupun dengan terapis, mereka juga hanya membenari perilaku dan komunikasi bukan kerana pendidikan untuk mengajarkan; psikolog ranah memberikan hasil IQ peserta didik;neurolog memberi hasil pemeriksaan terkait saraf dan permasalahan di otak anak; bidan dan dokter anak terkait usia dan tumbuh kembang tubuh anak. Hanya ingin mengingatkan kita tidak boleh terlalu serakah ingin mengambil semuanya kalau pun mau akan lebih bijak apabila kita sekolah lagi atau mengikuti pelatihan bersertifikat tentang keilmuan yang kita minati tersebut.

Tips

  • Akan lebih baik teman-teman menggunakan kata Hambatan daripada catat;contohnya hambatan fisik dan motorik, memang sedikit panjang untuk dikatakan atau ditulisankan, Tapi menurutku akan lebih sopan dan baik didengar oleh orang lain dari pada kita menggunakan kata “cacat” yang untuk orang tertentu mendengarnya membuat sakit hati.
  • Hindari mengatakan "Gila, Tidak Normal, Sakit jiwa" kepada Anak Berkebutuhan Khusus ataupun orang lain. Sebab Dia Yang Maha Pengasih sudah memberikan beribu kosakata indah untuk teman-teman dan saya  gunakan. Yuk sama-sama berproses ke arah yang lebih baik lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun