Mohon tunggu...
Marlistya Citraningrum
Marlistya Citraningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja Millennial

Biasa disapa Citra. Foto dan tulisannya emang agak serius sih ya. Semua foto yang digunakan adalah koleksi pribadi, kecuali bila disebutkan sumbernya. Akun Twitter dan Instagramnya di @mcitraningrum. Kontak: m.citraningrum@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Kurasi Buku: Lima Buku Relevan di Masa Pandemi (Bagian 2)

10 April 2020   09:38 Diperbarui: 11 April 2020   22:15 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di beberapa bagian Taleb juga banyak memuji "praktisi" ketimbang "pemikir" seperti ilmuwan, semacam mendewakan pengalaman dibanding pengetahuan saja; sesuatu yang ada benarnya namun saya tidak 100% setuju juga, keseimbangan itu penting menurut saya.  

Skin in The Game menjadi relevan dengan kondisi kita di masa sulit ini karena ada banyak dilema yang muncul dan kadang kita tak bisa membayangkan konsekuensinya. 

Kita bisa saja SANGAT mendukung kerja dari rumah karena kita bisa melakukannya, namun tentu pendapat ini lain cerita dari mereka yang bekerja harian dan informal, mereka yang punya skin in the game. 

Ketidaksimetrisan ini juga yang membuat kita merasa semacam kurang empatik (atau insensitif) ketika mengeluh bosannya #dirumahaja; padahal ada banyak orang yang terpaksa keluar rumah karena pekerjaan dan penghasilan. Kita nggak salah, situasi ini sulit untuk kita semua; namun mengetahui kenyataan lain di luar sana; we feel bad, right? 

Pada praktiknya, tidak semua pengambil keputusan memang bisa berbagi risiko yang sama dengan yang terdampak; karenanya sangat penting untuk mendengarkan dengan seksama dan membawa mereka yang menanggung risiko itu ke prosesnya untuk membuat keputusan yang tidak berat sebelah.

Everybody Lies: What The Internet Can Tell Us About Who We Really Are - Seth Stephens-Davidowitz

Foto Buku: Dokumentasi Pribadi
Foto Buku: Dokumentasi Pribadi
Buku ini tidak hanya relevan untuk masa pandemi namun lebih luas lagi ke masa internet dan konektivitas ini. Stephens-Davidowitz mengulik data pencarian Google untuk memahami bagaimana sesungguhnya kepribadian manusia, di balik fasad media sosial. 

Menurutnya, apa yang kita katakan secara publik atau di media sosial kebanyakan bertolak belakang dengan pencarian yang kita lakukan di mesin pencari (tidak perlu tersinggung ya hihi) dan bahwa tren pencarian dan hubungan antar informasi yang tersedia di internet itu bisa memberikan pemahaman yang menarik yang mungkin tidak bisa kita dapatkan dengan cara survey konvensional/bertanya.

Tren pencarian dan korelasi data di internet ini cukup relevan dengan kondisi yang kita hadapi saat ini. 

Stephens-Davidowitz memberikan sebuah contoh di AS, seorang enjinir Google menyadari bahwa data terkait laju penyakit flu (influenza) selalu dirilis tunda (telat). 

Ia berpikir dan menemukan bahwa tren pencarian gejala flu di Google punya kaitan dengan angka persebaran penyakit ini dan mungkin bisa memberikan informasi yang lebih cepat dan akurat untuk rumah sakit atau klinik yang jelas perlu mengantisipasinya. 

Tentu tren yang diamatinya ini perlu mendapatkan analisa mendalam, mengingat dalam setiap kumpulan data bisa terdapat data yang bukan kelompoknya (outlier).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun