Mohon tunggu...
Marlistya Citraningrum
Marlistya Citraningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja Millennial

Biasa disapa Citra. Foto dan tulisannya emang agak serius sih ya. Semua foto yang digunakan adalah koleksi pribadi, kecuali bila disebutkan sumbernya. Akun Twitter dan Instagramnya di @mcitraningrum. Kontak: m.citraningrum@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Yang Tertinggal dari Pertemuan Jokowi dan Modi

2 Juni 2018   15:19 Diperbarui: 4 Juni 2018   14:40 1960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perdana Menteri India, Narendra Modi, dan Presiden RI Joko Widodo (kredit foto: presidenri.go.id)

Perdana Menteri India, Narenda Modi, baru saja menyelesaikan kunjungan kenegaraannya ke Indonesia, sebagai "jawaban" atas undangan Presiden RI, Joko Widodo. 

Dalam kunjungan Modi yang pertama kalinya ke Indonesia ini, pemerintah India dan Indonesia menyepakati beberapa bentuk kerja sama: kerja sama pertahanan dan keamanan, kemitraan ekonomi, penguatan budaya, dan kolaborasi dalam menghadapi "common challenge" seperti terorisme dan perubahan iklim.  

Di antara berita gembira bebas visa untuk pelancong Indonesia dan kerja sama untuk mendorong perdagangan bebas, ada hal penting yang tertinggal dibicarakan: ekspansi pemanfaatan energi terbarukan, khususnya tenaga surya.

Ambisi Panas Modi

Sebagai negara berkembang, baik dari segi ekonomi maupun populasi, India tentu saja menghadapi tantangan pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri. Perdana Menteri India, sejak Manmohan Singh (sebelum Narenda Modi) mencanangkan program pengembangan listrik tenaga surya dengan tajuk Jawaharlal Nehru National Solar Mission (JNNSM) pada tahun 2010. 

Misi ini merupakan bagian dari rencana aksi nasional pemerintah India untuk menghadapi perubahan iklim, dan awalnya memiliki target sebesar 20 GW kapasitas terpasang (listrik) pada tahun 2022.

Bicara soal energi terbarukan, India merupakan salah satu negara yang visioner, mengingat mereka sudah memiliki kementerian khusus energi non-konvensional sejak tahun 1990-an. Kementerian ini pun sejarahnya bisa ditelusuri sejak 1970-an, saat terjadi krisis energi dunia. Pemerintah India merespon krisis ini dengan mendirikan departemen khusus energi alternatif, yang kemudian bertransformasi menjadi kementerian. 

Pada tahun 2006, kementerian ini diubah namanya menjadi Kementerian Energi Baru dan Terbarukan. Dengan mandat yang lebih besar dan lebih tinggi, kementerian ini mengatur tata kelola energi di luar energi fosil (batu bara, minyak, gas alam) dan memiliki misi keadilan energi, termasuk peningkatan penggunaan energi bersih dan terbarukan.

Saat Modi menjadi perdana menteri, target JNNSM dinaikkan menjadi 100 GW, untuk dicapai hingga tahun 2022. Meski menghadapi beragam tantangan, hingga bulan Februari 2018, pemerintah India mencatat listrik tenaga surya yang sudah tersambung dengan jaringan mencapai 19,58 GW, mendekati target tahun fiskal 2017 -- 2018. Prediksi International Energy Agency (IEA) menyebutkan bahwa tiga negara akan mendominasi produksi energi terbarukan pada tahun 2022, salah satunya India.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun