Mohon tunggu...
Marlistya Citraningrum
Marlistya Citraningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja Millennial

Biasa disapa Citra. Foto dan tulisannya emang agak serius sih ya. Semua foto yang digunakan adalah koleksi pribadi, kecuali bila disebutkan sumbernya. Akun Twitter dan Instagramnya di @mcitraningrum. Kontak: m.citraningrum@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wayang: Tak Kenal Maka Tak Sayang

23 November 2015   09:19 Diperbarui: 23 November 2015   09:43 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya menikmatinya. Lebih gembira lagi karena melihat generasi muda, para pelajar yang datang hari itu, juga sama antusiasnya.

Selain pementasan wayang golek, acara hari itu juga diisi dengan menggambar bersama ilustrator Hendranto Sastro, bincang-bincang dengan Dwi Woro Retno Mastuti, dosen dan peneliti wayang dari Universitas Indonesia, serta kompetisi karya bertema wayang. Bu Woro bercerita mengenai perjalanannya menelusuri wayang potehi di Semarang, sementara Hendranto mengajak penonton menggambar Bima menurut versi mereka. Sungguh menarik melihat imajinasi anak-anak muda itu begitu beragam ketika menggambarkan Bima. Ada yang berotot, ada yang mirip Samurai X, ada pula yang kotak-kotak seperti Danbo. Ajaib.

Wayang dalam Ilustrasi: Ikhtiar Melestarikan Budaya

Hendranto Sastro, yang akrab dipanggil Toto, sebelumnya sudah saya "kenal" namanya dari komik online Nusantaranger (termasuk Sweta Kartika yang mengisi sesi di hari kedua). Erat dengan karya yang mengandung unsur kearifan lokal dan keindonesiaan, saya pun bertanya pada komikus sekaligus ilustrator yang sudah menekuni dunia komik dan ilustrasi sejak SMA ini. 

Menurutnya, budaya dan kearifan lokal seringkali dibilang jadul, tidak keren sekaligus kurang mengena untuk konteks masa sekarang. Toto merasa perlu ada cara untuk memperkenalkan budaya kita pada generasi muda sekarang dengan cara yang mengikuti perkembangan zaman. Karenanya, Toto kemudian selalu berusaha menyisipkan nilai-nilai dan budaya Nusantara, tak hanya wayang, pada karya-karyanya. Ketika ditanya perannya dalam ikhtiar untuk melestarikan budaya, Toto melihat profesinya sebagai komikus dan ilustrator bisa berpengaruh besar, terutama di era sosial media. Kemudahan menyebarkan karya seni, yang kemudian disisipi aspek-aspek budaya, tentu saja membantu menjangkau audiens yang lebih luas. 

Toto juga antusias menjadi pengisi acara Wayang in Town ini. Selain karena minatnya pada wayang, Toto juga melihat acara ini sebagai peluang untuk berbagi wawasan mengenai wayang pada generasi muda, dengan cara yang menyenangkan. Respon penonton ketika diminta menggambar Bima menurut versi mereka juga menarik menurutnya, terutama karena Toto sendiri tidak menyangka beberapa siswa yang ikut menggambar sudah fasih menerjemahkan wayang dalam gambar. "Which is very cool," ujarnya. Bertemu dengan pengisi acara lain yang berkiprah di dunia masing-masing namun senada dalam ikhtiar melestarikan budaya juga membuat Toto terinspirasi. 

Intinya, hari itu saya senang! Menambah gizi dengan menikmati dan belajar lagi tentang khazanah pewayangan Indonesia, bertemu dengan orang-orang luar biasa yang mencintai budaya, hingga larut dalam keceriaan generasi muda untuk mengenal budayanya sendiri.

Tak kenal memang tak sayang. Mari mengenal dan mencintai wayang!

XOXO,

-Citra

*) Sumber Gambar: Dok. Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun