Mohon tunggu...
Citra Ayu Kurnia Hervianti
Citra Ayu Kurnia Hervianti Mohon Tunggu... Administrasi - -about random, what i love.

sedang berproses

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rindu dan Waktu

21 Agustus 2023   10:23 Diperbarui: 21 Agustus 2023   10:33 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Adek.. Jangan pernah lelah memperbaiki diri dan membenahi hati. 

Meski harus ditentang sana-sini, di cap ini itu oleh perkataan orang yang melukai.

Karena jalan menuju surga tak akan bisa ditapaki, tanpa diri yang diuji berkali-kali." -- Ibu.

Dibacanya selembar kertas yang ada di dalam laci album keluarga, aksara menguatkan telah tertulis disana. Tatapnya berkaca, pecah pikirnya, dan remuk hatinya. Hanya ada memori yang semakin diingat, takkan bisa terlupa.

Seribu hari telah berlalu. Ibu meninggalkannya, selamanya.

***

Sepoi angin di gelapnya malam, menemani Lita meratapi kepergian Ibu. Duduk termenung dan diam, menyusuri setiap sudut rumah, membayangkan masih ada sosoknya yang menemani. Tapi apalah daya, air matanya kering, isaknya hilang, dan raganya pun tak utuh, karena masih tak terima dengan kenyataan yang ada.

Maylita Kusuma, seorang anak gadis yang akrab dipanggil Lita kini menginjak masa dewasanya dengan masa lampau yang tak semuanya bahagia, layaknya teman sebayanya. Meskipun begitu, sebenarnya ia adalah anak yang baik, penurut dan riang. Tetapi jika berhadapan dengan ibunya, ia menjadi manja dengan menunjukkan sikap kenanak-kanakannya.

Lita adalah anak ketiga dari keluarga yang sederhana. Kakak pertama dan keduanya saat ini sudah memiliki keluarga sendiri. Dikenal sebagai anak terakhir yang kerap dimanja oleh ayah dan ibu, tetapi masa perkembangan yang dilaluinya amat sangat berliku. Bagaimana tidak, saat usianya masih 8 tahun ia sudah mulai memupuk puing-puing keretakan keluarganya, salah satunya ialah hampir setiap malam ia mendengarkan perdebatan sengit bernada tinggi antara ayah dan ibunya. Semuanya berawal saat keadaan ekonomi keluarganya mulai naik turun.

Seiring berjalannya waktu, karena keadaan yang kian memburuk dan tidak sepaham lagi, akhirnya ayah dan ibunya memustuskan untuk bercerai; yang artinya tidak bersama lagi, entah jiwa maupun raganya. Disaat itulah Lita yang mulanya tumbuh dalam keluarga bahagia akhirnya menjalani masa demi masa menjadi anak brokenhome

Pada masa menjadi anak brokenhome, seringkali Lita dikucilkan oleh kerabat dekat dan teman-temannya. Karena anak yang tumbuh dalam keluarga tidak harmonis dinilai sebagai anak nakal yang kehilangan panutannya. Padahal, pada masa perkembangan itu Lita hanya bersikap nakal yang wajar layaknya teman sebanyanya. Tapi entah kenapa ia merasa pandangan terhadapnya seakan-akan penuh benci dan iba karena ia tak memiliki orang tua yang lengkap. Hal itu membuat anak baik yang riang menjadi seseorang yang penuh amarah kepada keadaan.

"Mengapa hidupku seperti ini, apakah aku pantas bahagia? Padahal aku hanya ingin merasakan hangatnya keluarga lagi, bu!" ucapnya dengan tangis terisak pada Ibunya kala itu.

"Sabar ya dek, maafkan ibu dan ayah ya. Pelan-pelan kita harus bisa menerima keadaan ya. Sini Ibu peluk dek.." jawab Ibu dengan ekspresi menahan tangis sambil merengangkan tangannya untuk memeluk Lita.

"Aku benci ibu dan ayah!" bentak anak gadis itu dengan menepis tangan ibu dan berlari menuju pintu.

Sejak duduk dibangku SMP, dimulailah masa-masa berat yang dijalani Lita sejak ayah dan ibunya berpisah. Ia merasa kesulitan untuk bersosialisasi dan sering berkecil hati karena melihat orang tua teman-temannya yang masih mengantar serta menjemput anaknya waktu sekolah. Sedangkan ia setiap harinya harus mengayuh sepeda ratusan kilometer, dan ketika pulang pun rumahnya sepi. Kakak-kakaknya pada saat itu yang terlihat sibuk dengan dunianya, mungkin juga sedang membenahi hatinya agar terima dengan keadaan keluarganya.

Terkadang jika sudah berada dititik luar kendali untuk menahan rasa gelisah dan amarah akan keadaan yang terjadi, saat pulang sekolah Lita akan main jauh dari rumah ditemani dengan sepeda ontelnya mengelilingi desa dan mencari tempat rindang yang penuh dengan dedaunan serta bunga yang merekah. 

Saat sudah sampai di tempat itu, di rebahkanlah badannya diatas rerumputan hijau sambil menatap cakrawala yang hampir menunjukkan rona merahnya yang meredup. Disana ia menenangkan hati dan pikirannya dengan menatap pemandangan indah dan asri di daerahnya itu. Dan saat dirasa sudah cukup, ia kembali menyusuri jalanan dengan sepedanya kembali menuju rumah keluarganya yg sepi.

Semenjak ibu dan ayah Lita berpisah, ibunya lebih sibuk karena harus mencari penghasilan sendiri. Mulai dari berdagang pakaian, makanan, minuman dan pulsa semua dijajaki ibunya demi terkumpulnya rupiah. Sedangkan ayahnya, pada saat itu akan menikah lagi dan kedua kakaknya pun menyetujuinya. Lita yang lebih membela ibunya, tak memberi dukungan ataupun ucapan selamat pada ayahnya, karena ia merasa hidupnya semakin tidak adil. Lagi dan lagi ia melampiaskan kemarahannya kepada ibunya yang pada saat itu juga mungkin sedang menahan rasa sedih dan marahnya karena mengetahui kabar tersebut.

"Bu, kenapa tidak marah karena ayah menikah lagi? Mengapa dunia begitu tak adil bagi kita?" tanya Lita pada ibunya.

"Semua sudah ada garisnya, dek. Garis takdir dari yang kuasa. Mungkin memang ayahmu bukan jodoh ibu dunia akhirat. Kita harus legowo ya. Lita berdoa saja, ini pasti yang terbaik." jawab ibu sambil mengelus kepala Lita.

"Legowo itu apa, bu?" balas ucap Lita dengan penasaran.

"Legowo berasal dari bahasa Jawa; yang dasarnya lego itu luas, sedangkan dowo berarti panjang. Jadi maksudnya, kita harus ikhlas dan berbesar hati menerima keadaan apapun, dek. Dan yang perlu kita percaya adalah apapun keadaan yang terjadi pada kita saat ini, pasti sudah ditulis dalam skenario Sang Mahakuasa. Adek ingat itu ya. Dan tugas adek saat ini, ayo ibu bantu untuk belajar karena perjalanan adek masih panjang kedepannya.." jawab ibu dengan suara lembut sambil merengkuh badan anak gadis kesayangannya.

"Iya bu.." ucap Lita sambil membalas pelukan ibunya. 

Tiga tahun berlalu, tak terasa Lita akan memasuki sekolah SMA. Masa sekolahnya kini ia mempunyai banyak teman, tetapi semuanya bermodalkan cerita palsu tentang kehidupan keluarganya. Ia bercerita bahwa berasal dari keluarga kaya raya yang kedua orang tuanya masih lengkap, sedangkan kenyataannya sebaliknya. Dan juga sikapnya untuk diperhatikan orang lain terasa menggebu-gebu, karena ia mulai tertarik dengan teman laki-lakinya.

Suatu hari, ketika Lita lupa membawa kotak bekal makan siangnya, ibunya datang ke sekolah untuk mengantarkannya langsung pada anaknya, dengan harapan ia akan senang karena tidak kelaparan dan isi kotak bekal tersebut adalah menu kesukaannya.

"Lita.. ini kotak bekalnya ya, dek. Semoga suka dan segera dimakan ya." ucap Ibu dengan tersenyum sambil mengulurkan kolak bekal kepada Lita.

"Itu siapa Lit ? lusuh banget orangnya, ganggu pandangan banget." sahut penasaran teman Lita kepadanya.

"I.. i.. itu pembantuku! Ia memang seperti itu tampilannya. Sana pergi, Bi!" jawab Lita sambil tergagap karena berbohong serta diikuti dengan lirikan jijik agar ibunya segera pergi.

"Iya, dek.." ucap ibu Lita dengan matanya berkaca melihat perlakuan anaknya, lalu pergi kerumah dengan perasaan sedih sekali.

Setelah kejadian itu, ibunya mulai sakit-sakitan dan usahanya mulai redup secara perlahan karena banyaknya sistem pemasaran online yang saat ini berkembang pesat. Sehingga toko kelontong ataupun pedagang solo jika tidak update dengan manajemen pemasaran terbaru, maka akan kalah dengan toko online jaman kini. Dan pada saat itu, Lita berada dalam fase pubertas memberontak karena pengaruh teman-temannya. Ia minta diberikan uang jajan lebih banyak untuk foya-foya, pergi ke mall belanja barang branded, dan membeli makanan minuman mewah di resto megah dengan teman-temannya tanpa tau bagaimana ibunya menguras keringat dan hutang sana-sini untuk memenuhi keinginan anaknya.

Pada perjalanan pulang dari resto tersebut, ada teman Lita yang penasaran dimana tempat tinggalnya dan membutinya diam-diam. Lalu sampailah Lita di gubuk sederhananya dan masuk kedalamnya. Dengan bersembunyi dibalik mobil, temannya yang usil mengambil fotonya dan menyebarkannya di grup sekolah. Saat mengetahui hal tersebut, seketika Lita merasa campur aduk antara; kebingungan, malu dan marah pada ibunya sampai tidak mau lanjut sekolah lagi.

Setelah itu, ia langsung melampiaskan amarah kepada ibunya dan pergi keluar rumah, tanpa ia tau ibunya menuliskan surat untuknya sebagai pesan terakhirnya. Ibunya yang renta dan ringkih bermaksud ingin menunggu Lita pulang, tapi apa daya sudah tak mampu bertahan lebih lama dan akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.

Saat Lita sampai dirumah, ia menyesalinya. Dan berfikir mengapa tak terima dengan keadaan saja dan membahagiakan ibunya selagi ada.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun