Mohon tunggu...
Citra Autisimo
Citra Autisimo Mohon Tunggu... Buruh - Naluri tidak pernah salah, karenanya aku tidak boleh selalu benar.

Selesailah dahulu dengan dirimu sendiri, lalu selesaikan perziarahanmu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Riwayat: Petani Waktu Dan Zaman

7 Juni 2020   01:54 Diperbarui: 7 Juni 2020   01:56 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku adalah predator.  
Zaman yang memakan zaman.  
Aku jugalah yang paling komsumtif di antara mereka.  
Banyak punya tetapi banyak alasan.  
Akulah dia,  aku,  manusia.  
Serakah,  manusia yang suka menyantap waktu milik manusia lain.
Hanya onggok bergerak,  tanpa jiwa yang benar-benar hidup,  manusia yang sama yang melahap setiap waktu,  tetapi disia-siakan.  

Yang ku impikan adalah engkau wahai petani.
Petani waktu dan zaman.  
Jerih payahmu dibayar murah di setiap zaman.  
Hasilkanlah waktu untuk penyelenggaraan hidupku.  
Segera ku borong semua hasil panenmu.  
Bila persediaanku ini banyak,  tak perlu ku berbagi dengan yang lain.  
Kali ini,  menghargainya akan menjadi sangat mahal bagiku dan bagi harapanku.  

Pernah,  di kala aku lapar,  hidangan terbaikmu ku lewatkan.  
Pernah,  di kala aku haus,  kesempatan darimu ku lepas percuma.  
Tapi tidak demikian untuk hari ini dan selanjutnya.  
Aku merasa sisa waktu yang ku miliki ini adalah waktu yang terakhir.  
Zaman kian berubah ke arah yang satu.  
Aku ingin melihat akhirnya,  yang ku tak tahu adalah berapa lama lagi.  
Aku ingin membelikan pelita-pelita yang ku sayang itu waktu,  bila mungkin sebanyak-mungkin.  
Aku ingin cahaya mereka selalu terang di sampingku.
Dan,  padam bersamaku.  
Selalu,  sampai aku temui di mana akhir.  

Ku tempuh jalan ini,  aku akan bertani waktu dan zaman.  
Aku,  impian dan janji manusiaku.  
Rundungan penyesalan haruslah dibuang.  
Baik bila aku hemat dan pandai melarang.  
Rasa ingin mengulang,  seharusnya ditebang.  
Waktu yang baru tidak boleh lagi kosong atau lalai terbuang.
 
Pelita yang paling ku rindu,  senantiasa bercahayalah kepadaku.  
Terangmu dan hangatmu,  dampingilah perjalananku.  
Selalu.  

Demi pelita-pelita yang ku sayang,  dan kepada petani waktu dan zaman,  inilah janjiku.  
”Sekali ini saja wahai petani,  berikan lagi aku waktu dan zaman.  
Aku akan merubah segalanya.”  

#citra_autisimo

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun