Mohon tunggu...
Citra Autisimo
Citra Autisimo Mohon Tunggu... Buruh - Naluri tidak pernah salah, karenanya aku tidak boleh selalu benar.

Selesailah dahulu dengan dirimu sendiri, lalu selesaikan perziarahanmu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Apakah yang Engkau Inginkan?

31 Desember 2018   03:27 Diperbarui: 31 Desember 2018   03:56 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Untukmu...,  untuk semua pelukan.  
Sebuah pernyataan.  
Dirimu sengaja ingat akan kebaikan. 
Akan siapa,  seperti apa,  apa yang telah pernah kau lakukan,  memori indah,  ketulusan yang kau dapat,  kasih sayang,  kesalahan,  kealpaan,  waktu dan harga sesungguhnya dari dirimu.  
Dirimu mengerti itu,  tampan.  
Besok ialah ketakutan terbesarmu.  
Perbuatanmu adalah kehendakmu,  
Perkataanmu adalah janjimu,  
Isi hatimu adalah ujian,  hukuman serta ketetapan bagimu.  
KAU TAKUT!
Saat kesempatan tepat di hadapanmu,  namun dirimu belum memberi yang terbaik.  
Kau sebut ialah sebuah pengakuan.  
Hakim bagi dirimu sendiri.  
Bagi hidupmu.

Sebuah pertanyaan.  
Di antara dirimu dan seperti apa dirimu ingin kelak.  
Adalah sebuah jembatan yang harus kau seberangi.  
Adalah cara,  adalah wujudnya dari bagaimana,  dan berhentinya mengapa.  
Bukankah seperti itu,  cantik?.    
Hati selalu mengambil tempat di tiap jengkal kenyataan.  
Pikiran selalu menyambung tiap jengkal logika di dalamnya.  
Sadarilah,  lalu mengertilah.  
Tiap gugus kehidupan berharap pada gugus kehidupan selanjutnya.  
Agar baiklah ia nanti,  agar tiada suram langkahnya nanti,  dan berjalanlah ia melewati segala terpa keadaan dan kesulitannya kelak.  
Tanpa ada di benaknya akankah bersamanya pula hari itu. 

Sebuah jawaban. 
Gigih,  niat yang kuat,  tekad yang menggebu-gebu,  determinasi yang penuh semangat,  dan keinginan yang penuh dengan keyakinan.  
Lakukan saja dengan baik dan sepenuh hati.  
Lebih mudah bagiku bila kau katakan seperti itu. 
Terimalah lahirmu,  terimalah yang menjadi milikmu,  terimalah keadaan,  terimalah apa yang dituntutkan kepadamu. 
Berjalanlah,  lakukan itu dan anggaplah itu sebagai syukurmu.  
Lebih mudah bagiku bila kau katakan seperti itu.
Tidak ada hal yang sederhana di dunia ini.  
Segalanya rumit dengan kisahnya masing-masing.  
Lebih mudah bagiku bila kau katakan seperti itulah tugasmu,  sayangku. 

Tak akan cukup dalam seuntai kalimat baik.  
Di mana kah kau,  wahai doa?.  
Aku mencarimu,  wahai karya!.  
Mendekatlah terimakasih!.  
Bolehkah kau temani aku,  syukur?.  

#citra_autisimo

Silent just such a noisy way of words..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun