Mohon tunggu...
Cirumbu
Cirumbu Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mengulas yang bisa diulas

Hidup adalah “SENDAl gURAUn” belaka, biar tidak terlalu kepanasan saat berjalan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Busur itu Tak Bisa Melepaskan Timah Panas

25 Juni 2012   17:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:32 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sedih dan miris tentunya ketika melihat pemberitaan tentang Papua saat ini, Betapa tidak nyawa manusia seakan mengalami degradasi nilai hamper mendekati dengan hewan buruan di Hutan. Ia diintai oleh pemburu misterius yang secara diam diam merenggut nyawa demi kepuasan dan keinginan yang tentunya lebih buruk dari nafsu hewan karnivora.
Akibat maraknya bentrok dan konflik yang merenggut banyak korban tersebut, mulai bermunculan para pengamat yang memberikan judgment soal Papua. Penilaian yang mulai menjadi sorotan adalah budaya perang yang menjadi nafas tiap suku di Papua. Bahkan dijadikan sebuah kewajaran bahwa ketika jatuh korban jiwa, itulah konsekuensi dari budaya perang. Namun, apakah budaya perang yang dilakukan masyarakat Papua tanpa sebab musabab? Apakah saudara kita di Papua tidak menghargai martabat manusia sehingga mudah sekali untuk mengangkat panah?
Ada dua persoalan yang bisa memicu warga angkat panah. Balas dendam
karena anggota keluarganya disakiti atau kasus perselingkuhan. Biasanya, perselingkuhan bisa di dalam kerabat atau dengan suku lain. Itu artinya budaya perang bukan sebab arogansi personal namun terdapat kemiripan antara konsep Qisas dimana perlakuan dibalas dengan pelakuan yang sama agar setimpal. Kalau boleh ditarik sebuah kesamaan, di pulau Jawa yang katanya masyarakat modern mengenal istilah “senggol bacok”.

Melihat korban yang jatuh di bumi Papua, sebagian besar tewas karena timah panas bukan anak panah. Tentu tidak mungkin timah panas meluncur dari busur panah yang merupakan kearifan local yang melekat bagi masyarakat beberapa suku di Papua. So, itu artinya ada sekelompok atau segelintir orang yang mencoba memanfaatkan nilai luhur budaya perang yang dibawa leluhur masyarakat Papua.Oknum ini harus segera diusut arena dari sudut pandang manapun apa yang dilakukan oleh mereka tidak benar.

Tak mungkin saudara kita di Papua merenggut korban jiwa jika premis awal legalitas angkat panah terpenuhi. Dan timah panas bukan dilontarkan dari busur panah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun