Mohon tunggu...
Sucipto
Sucipto Mohon Tunggu... Penulis - Berusaha menjadi penulis yang baik.

Mahasiswa prodi Hadis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Diplonco Saat Ospek Biar Kuat Mental

16 September 2020   23:45 Diperbarui: 17 September 2020   00:29 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika melihat tagline ospek virtual yang sedang viral di Twitter, saya jadi teringat dengan salah satu pengalaman diplonco sama asisten pembina di salah satu saka pramuka yg khusus membahas tentang kehutanan. Kejadiannya di kaki gunung Gajah, Tegal.

Saat itu Qadarullah saya kena gatel. Mungkin kena ulat di perjalanan. Sorenya sudah minum ctm untuk mengurangi rasa gatel. Efeknya sehabis Isya sudah kerasa ngantuk. Nah, asisten pembina awalnya ngajak ngobrol santai dengan peserta kemah.

Saya pikir, acara kumpul-kumpulnya berakhir pukul sepuluh malam. Ternyata nggak, acara terus berlanjut. Saya tunggu, semoga jam dua belas malam acaranya berakhir. Eh ternyata belum juga berakhir. Waktu pun semakin larut. Mata yang semenjak habis Isya sudah ngantuk, nggak kebayang gimana rasa ngantuknya saat itu.

Tapi saya gak berani protes, karena masih unyu-unyu. 😁 Lugu. Kupikir, acara kayak gini bisa menguatkan mental, seperti doktrin mereka. Makanya seberat apapun, nggak kuprotes. Toh acaranya akan segera berakhir jam satuan malam.

Eh, sangkaanku ternyata salah. Makin pagi mereka semakin keras membentak. Saat itu saya gak begitu peduli. Hanya pusing menahan mata biar gak kelihatan terpejam. Baru ketika adzan Subuh sayup-sayup terdengar, mereka menghentikan acara perploncoannya.

Kebayang jengkelnya saya saat itu, bawaannya pingin melaknat mereka, karena gak berani mengajukan protes sedikit pun. Toh saat itu saya membenarkan doktrin mereka, jurit malam (baca: perploncoan) bisa menguatkan mental.

Keyakinan keliru tersebut mulai saya tinggalkan ketika mulai belajar Islam, sedikit demi sedikit. Bahkan saya ada pengalaman menakjubkan ketika acara serupa juga saya alami pas masuk di El Rahma Mampang Prapatan, Jakarta. Gak ada sama sekali acara bentak membentak. Walaupun modelnya semisal mabit yg berisi shalat tahajud dan perenungan, itu jauh lebih baik daripada mbengok-mbengok gak jelas. 

Dari situ saya bertekad, acara semacam ini harus saya hentikan kalau ada lagi. Walaupun mungkin kemungkinan terburuknya bisa dikeluarkan dari sebuah komunitas. Jangan karena alasan dulu pernah dibentak kakak tingkat, terus punya prinsip "saya harus mbentak adik tingkat". 

Anda punya beban moral untuk memutus mata rantai sebuah keburukan, baik dengan tangan, lisan, atau minimal dengan hati kalau gak mampu menegur. Jangan menjadi bagian mata rantai dari rangkaian keburukan tersebut. Baarakallaah fiikum.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun