Candi Gedong Songo tidak saja indah, namun menyuguhkan kesetaraan religi lokal dan global. Secara kasat mata Candi Gedong Songo adalah salah satu prototipe candi gunung. Maka pesonanya menampilkan citra estetika yang kental dengan nuansa spiritual yang berbasis pada gunung. Oleh sebab itu keberadaan Candi Gedong Songo terdapat sederet makna simbolik yang memerlukan intepretasi secara komprehensif.
Sebagai prototipe candi gunung, candi tersebut menampilkan nuansa gunung menjadi latar belakang yang menghiasi candi ini. Pada masing-masing candinya, dibangun di bukit paling bawah sampai bukit teratas. Candi Gedong I berada di paling bawah, Candi Gedong II, Candi Gedong III, Candi Gedong IV, berada di atasnya secara berjenjang. Candi Gedong V berada di bukit paling atas. Candi Gedong Songo  mempunyai beberapa candi induk, dari bukit terbawah sampai bukit teratas.
Artikel penulis tentang aspek-aspek adiluhung candi Gedong Songo pernah ditayangkan di Kompasiana tanggal 29 Maret 2021. Kali ini penulis ingin mengajak pembaca mempelajari Candi Gedong Songo sebagai prototipe candi gunung yang dikaitkan dengan aspek lokalitas dan unsur global yang saat itu mendominasi jagad sejarah berbagai bangsa yaitu agama Hindu.
Lokasi Pembangunan Candi
Dalam proses pembangunan candi, nenek moyang kita senantiasa memperhatikan aspek "keruangan". Â (Fakhruddin Mustofa,dkk. 2015:60). Berdasar pertimbangan tersebut, maka dalam pembangunan candi selalu berdasarkan pada pertimbangan kesuburan tanah, proses pembangunan, kenyamanan dalam melakukan prosesi ritual, keamanan dalam menjalankan ritual, dan tetap berpegang pada konsepsi keyakinan yang sudah dipercaya, tujuan pembangunan candi. Beberapa pertimbangan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Kesuburan tanah
Pertimbangan kesuburan tanah terkait erat dengan pertimbangan ekonomi yang bisa dijadikan sebagai pilar penyangga keberadaan candi. Seperti diketahui bahwa pembangunan candi akan muncul beberapa aktivitas yang menyertai yaitu proses pembangunan, proses pemeliharaan, proses perawatan, dan proses ritual yang dijalankan.
Semua aktivitas tersebut pasti membutuhkan sumber daya ekonomi masyarakat yang harus memadai. Oleh sebab itu pertimbangan pembangunan di lokasi yang subur, berkaitan dengan kebutuhan ekonomi dalam menutupi semua aktivitas pembangunan candi. Berdasar temuan prasasti yang ada (misalnya prasasti Rukam), raja membuat keputusan pembebasan pajak untuk tanah yang berstatus sima, agar dapat digunakan secara khusus untuk membiayai prosesi ibadah, pemeliharaan dan perawatan candi.
Berdasar data dan fakta yang ada di lapangan, aspek keruangan dalam pembangunan candi terdapat dua lokasi yang menjadi pilihan yaitu di dekat aliran sungai dan di lereng pegunungan. Kedua lokasi tersebut relevan dengan pertimbangan kesuburan tanah. Â Â
2)Proses pembangunan