Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Gali Hikmah "Watuk dan Watak" Cara Menyikapi Senior Salah Kaprah

31 Juli 2021   10:35 Diperbarui: 31 Juli 2021   20:30 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ketika senior di kantor marah karena salah kaprah. Sumber: Kompas.com

Tugas tambahan tersebut yang biasanya bersinggungan dengan dengan teman lain khususnya teman senior. Pada umumnya baik teman yunior maupun senior tidak  begitu peduli dengan tugas tambahan. Namun ada juga teman senior yang bersikap salah kaprah.

Dia menganggap bahwa itu menjadi kewenangannya. Sehingga ketika ditugaskan kepada orang lain (saya) dia merasa tersinggung dan bersikap salah kaprah. Saya termasuk orang yang mendapat penyikapan senior yang salah kaprah tersebut. Ini semua terjadi akibat double peran yang sering ditugaskan pimpinan pada saya.

2. Sepak terjangnya merasa disaingi

Semua guru di sekolah tentu berjuang mengabdikan segenap potensinya membawa nama baik sekolah. Namun kemampuan masing-masing guru juga terbatas. 

Sementara itu ada  juga guru yang bisa tampil multiperan. Saya merasakan situasi demikian. Sebab saya sering mendapatkan tugas tambahan yang bersifat soft skill dari pimpinan.

Kondisi demikian juga saya alami menerima sikap senior yang salah kaprah. Karena hampir semua peran tambahan sering saya dapatkan, kecuali "menyanyi dan menari". Dua hal tersebut adalah titik lemah saya. Tuduhan, omelan bahkan fitnah juga saya terima.

3. Bersikap reaktif terhadap informasi yang belum jelas

Sikap reaktif senior pernah saya terima. Dia tiba-tiba marah, ngomel dan menuduh bahwa saya akan menggeser perannya. Walaupun awalnya saya bingung, namun pada akhirnya saya medapat informasi bahwa dia memperoleh informasi sepihak yang belum lengkap dari teman lain. Intinya beliau merasa khawatir apabila saya menggantikan peran pokoknya.

Suatu hal yang tidak mungkin. Sebab semua guru mendapat SK untuk menjalankan tugas pokoknya. Namun akibat sikap salah kaprah, beliau bersikap reaktif kepada saya.

Sebagai yunior, saya masih bisa menahan diri dan tetap menjaga komunikasi dan silaturahmi. Justru sikap diam saya ini oleh beberapa teman saya, dinilai sebagai sikap penakut. Mereka memberikan saran agar saya mengajak dialog beliau empat mata. Saya tetap bersikap diam dan berusaha menjalin komunikasi dengan seniorku. Hal yang saya kawatirkan jika saya terbawa emosi saat dialog itu terjadi. Saya juga menyadari semua ini terjadi juga kesalahan saya.

Kasak kusuk terus saya alami di setiap harinya. Bahkan tidak jarang sering dengan bahasa sindiran diungkapkan dengan suara keras di ruang guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun