Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Balik Nama "Sengkli dan Refa", Nilai Kehidupan Apa Saja yang Diharapkan oleh Orang Tua?

13 Juni 2021   09:42 Diperbarui: 13 Juni 2021   09:49 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Modernisasi bukan hanya menyentuh pada aspek teknologi saja. Namun juga untuk memberikan nama sang buah hati. Memberi nama anak tentu mempunyai tujuan. Biasanya anak diberi nama sesuai cita-cita orang tuanya. Maka nama anak merupakan harapan dan doa kedua orang tuanya.

Oleh sebab itu orang tua dalam memberikan nama biasanya menggunakan momen tertentu yang dianggap istimewa, seperi hari tertentu maupun bulan tertentu. Di Jawa ada juga yang memberikan nama dengan memakai nama-nama hari "pasaran". Atau perpaduan antara hari dengan pasaran (neptu)

Ketika zaman sudah modern, memberikan nama anak juga disesuaikan dengan ciri-citi modernitas. Ketika pengaruh Barat juga masuk, maka anak pun diberikan nama bergaya barat. Ada beberapa masyarakat di sekitar Candi Borobudur memberikan nama anaknya "Good Aftenon, Good Epening, Go Tu Skull"dll. Semua itu muncul akibat banyaknya orang barat yang berdatangan di obyek wisata Borobudur. Kehadiran mereka tidak saja memancing inspirasi di bidang ekonomi, namun juga menspirasi dalam memberikan nama.

Apakah nama "Sengkli dan Refa" juga nama yang terkena pengaruh barat? Ternyata bukan. Nama tersebut adalah nama yang diramu dari unsur nasional yang disimbiosiskan dengan etnis Jawa.

Bahkan orang tuanya menggunakan perpaduan simbol "nasional- etnik-genetik". Nasional yaitu menggunakan simbol nasional yang sudah populer. Etnik yaitu berorientasi etnik Jawa yang sudah populer, genetik karena berorientasi pada bapak dan ibunya. Pemberian nama tersebut menampilkan konsep "modern dan bergaya barat", namun tetap berpegang pada perpaduan simbol nasional dan etnis Jawa. Bahkan bisa dikatakan "bergaya barat namun njawani".

Nilai-nilai modernitas dengan kemasan gaya barat tetap digunakan sebagai daya tarik. Sehingga menjadi identitas yang membedakan dengan nama-nama yang lain. Kemasan namanya menjadi "minoritas" di tengah-tengah masyarakat. Sebab tak satupun ada yang menyamai baik sebutan maupun nilai-nilai yang terkandung di dalam label nama tersebut.

Ingin tahu siapa nama anak-anak tersebut? Mereka dilahirkan dari ibu bernama Ari...Ayahnya bernama Widodo. Anak pertamanya diberi nama "Sengkli Ari Widodo". Anak Kedua diberi nama "Refa Ari Widodo". Nama Sengkli terkesan "mbarati". Padahal itu menampilkan cita rasa Jawa tulen. Sebab Sengkli merupakan rekayasa dari "Senin Kliwon". Sebab anak tersebut lahir pada hari Senin Kliwon. Anak kedua (Refa) merupakan rekayasa dari Rebo Pahing. Sebab anak kedua lahir pada hari "Rabu Paing". Simbol hari yang bersifat nasional tetap dipakai, namun dikemas dengan pasaran hari dari konsep orang Jawa yaitu Pon, Wage, Kliwon, Legi dan Pahing. Orang Jawa biasanya menyebut dengan istilah Pasaran. Nama-nama hari disebut dengan bahasa Jawa Senin-Seloso-Rebo-Kemis-Jemuah-Setu.

Sumber:https://www.kanalmu.com/
Sumber:https://www.kanalmu.com/

Doa dan harapan apa yang dikehendaki orang tuanya tentang nama tersebut? Berdasar tabel tersebut anak pertamanya yang lahir Senin Kliwon (Sengkli) doa harapannya mempunyai watak dan kepribadian yang disebut dengan sebutan "Satriyo Wirang". Menurut penjelasan Benny Ridwan Satrio Wirang ini merupakan sosok satria pemberani, tegas, memiliki prinsip kuat dan sangat cinta pada negaranya, namun sering dipersalahkan dan selalu menjadi korban fitnah yang keji. Selalu berbuat baik tetapi tetap saja dituduh bersalah walau kesalahan tersebut bukan dia yang berbuat," imbuhnya.( Dilansir dari https://www.jpnn.com/).

Sedangkan anak kedua yang lahir Rebo Pahing (Refa) diharapkan mempunyai watak dan kepribadian"Wasesa Segara".Menurut Fatkhul Muin wasesa segara berarti semua pekerjaannya baik dan banyak rezeekinya. (https:// www. kompasiana. com/)

Ternyata memberi nama anak membutuhkan kreativitas. Selain itu juga dibutuhkan pemahaman yang menyeluruh tentang makna dibalik kosa kata yang digunakan sebagai identitas sang buah hati. Semoga bermanfaat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun