Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Genderang Hari Kemenangan Sudah Berkumandang, Sikap Apa Saja yang Perlu Ditebarkan?

13 Mei 2021   13:54 Diperbarui: 13 Mei 2021   14:23 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Idul Fitri dengan segenap fenomenanya adalah momen yang ditunggu-tunggu oleh orang-orang yang berjuang menggapai kemenangan. Tiga puluh hari yang sudah dilalui tentu menyisakan banyak cerita dan torehan nilai-nilai spiritual baru yang dirasakan bagi para pejuang kemenangan.

Iktiyar mengkualitaskan jiwa dengan berbagai penyakitnya dilakukan di bulan Ramadhan yang penuh kemuliaan. Proses metamorphosis keimanan seorang hamba Allah yang lemah terus berjuang agar menjadi orang-orang yang bertakwa. Proses panjang dan melelahkan yang telah dilalui semoga berhasil melahirkan predikat takwa bagi pelakunya.

Idul Fitri yang bermakna kembali suci (tanpa dosa) semoga tidak hanya ceremonial dan tebaran kata-kata, namun menjadi realita yang dapat diwujudkan dalam kehidupan nyata. Sebab orang-orang di sekitar kita sangat merindukan perubahan sikap sebagai oleh-oleh perjalanan panjang selama tiga puluh hari. Oleh-oleh yang selalu dirindukan orang lain setidaknya meliputi:

  • Orang lain membutuhkan pikiran cerdas kita agar dapat melahirkan produk-produk keumatan yang hasilnya dapat dinikmati oleh semua umat manusia tanpa melihat label sosial budaya maupun agama.
  • Orang lain membutuhkan jiwa kepekaan sosial. Sebab masih banyak orang-orang di sekitar kita yang masih memerlukan bantuan.
  • Orang lain membutuhkan tutur kata kita yang santun dan penuh hikmah. Bukan caci maki dan omongan yang ingin menang sendiri
  • Orang lain membutuhkan kata permintaan maaf yang tulus apabila kita memang bersalah (walaupun berat). Bukan tampilan sikap ego yang terlalu tinggi menghargai diri sendiri
  • Orang lain membutuhkan sikap dan tindakan kita arif dan bijaksana Ketika ada masalah. Bukan sikap dan tindakan yang arogan dan sewenang-wenang.
  • Orang lain membutuhkan tampilan kebaikan kita dengan tulus, bukan langkah membangun tebar pesona untuk keperluan sesaat.
  • Orang lain membutuhkan kehadiran kita karena kesalehan sosial kita. Bukan sebaliknya malah tampilan sikap yang angkuh, serakah dan koruptif.
  • Orang lain membutuhkan apresiasi atas keberhsilan yang diraih. Bukan sebaliknya langkah kita mengerdilkan prestasi yang sudah diraihnya.
  • Orang lain juga membutuhkan pengakuan dirinya seperti kita juga mengharapkan orang lain mengakui eksistensi kita.
  • Orang lain membutuhkan layanan profesi yang kita miliki secara berkualitas, bukan layanan kepura-puraan yang terkesan asal-asalan.

Genderang Kemenangan sudah Berkumandang, sudah saatnya kita berjuang kembali ke jalan suci dengan membangun hubungan horizontal yang harmoni, juga terus meningkatkan kualitas hubungan bertikal kepada Ilahi Robbi.

Di hari Idul Fitri ini, dari lubuk yang paling dalam, saya memohon maaf kepada semua sahabat kompasiana atas khilaf, salah dan alpa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun