Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menggali Makna Ramadan: Belajarlah dari Ulat, Jangan dari Ular

15 April 2021   11:01 Diperbarui: 15 April 2021   11:05 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://fmekendal.wordpress.com/2012/03/28/perjuangan-kupu-kupu/

Makna Ramadan dapat digali dari proses kehidupan ulat dan ular. Kedua binatang ini sama-sama mengalami proses perubahan bentuk. Hanya saja keduanya mempunyai resonansi berbeda dari perubahan yang dilakukan.

Ulat adalah binatang yang menjijikkan, bulunya bisa menimbulkan dampak gatal. Ketika ulat berubah bentuk menjadi kepompong, rasa jijik dan takut mulai hilang. Setelah menjadi kupu-kupu, semua orang menjadi tertarik. Hal ini menunjukkan bahwa ketika ulat sudah menjadi kupu-kupu terjadi perubahan resonansi dari menjijikkan menjadi menyenangkan.

Sedangkan ular adalah binatang yang berbisa. Kehadirannya di manapun selalu mengundang rasa takut. Kendatipun sudah berubah melalui proses pergantian kulit, kehadirannya juga masih membuat orang lain merasa takut. Sehingga berusaha menjauh.

Ulat dan ular dapat dijadikan sebagai pelajaran untuk menggali makna puasa Ramadhan yang kita jalani. Sebab intisari puasa yang dijalankan pada bulan Ramadhan agar pelakunya menjadi orang yang bertaqwa. Maka indikasi perubahan ketaqwaan setelah menjalankan puasa yaitu adanya perubahan ucapan, perilaku dan tindakan yang selalu menghadirkan kemanfaatan baik untuk dirinya maupun orang lain.

Profil manusia yang demikianlah yang akan menyebabkan orang lain kagum dan simpati. Ucapanya selalu menyejukkan dan penuh kearifan, melahirkan ucapan yang membuat orang lain tidak tersakiti.  Perilakunya selalu terpuji serta tindakannya selalu menghadirkan kemaslahatan sesama umat manusia.  Inilah proses metamorfosa yang dilakukan oleh manusia melalui puasa Ramadhan, seperti ulat yang bermetamorfosa menjadi kupu-kupu.

Dalam proses metamorfosis, ulat tidak hanya berubah secara pisiknya, namun juga karakteristiknya. Sedangkan ular, proses perubahannya hanya pisiknya saja (dari kulit lama menjadi baru). Karakteristik ular sebagai binatang berbisa, tidak bisa berubah. Maka banyak orang yang ingin menghindari dari bahaya bisanya.

Semoga kita bisa menjadikan puasa Ramadan sebagai proses metamorfosis ucapan, perilaku dan tindakan menuju perubahan yang selalu berlandaskan pada nilai-nilai ketaqwaan yang substansial, bukan ketaqwaan retotika dan basa basi semata. Mohon maaf apabila ada tutur kata yang berkenan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun