Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Meramadankan" Hati dan Pikiran

13 April 2021   08:21 Diperbarui: 13 April 2021   08:28 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber :https://your-iempire-tmnmdress.blogspot.com/2021/01/gambar-kaligrafi-arab-surat-al-baqarah.html

Ramadan adalah bulan penempaan diri. Di dalam bulan Ramadan diajarkan nilai-nilai pengendalian diri baik lisan, inderawi dan perbuatan yang sesuai tatanan Ilahi Robbi. Proses penempaan diri dijalankan dalam satu bulan penuh. Maka barang siapa mampu meraih mutiara Ramadan, dia lah yang akan memperoleh keberuntungan luar biasa, yaitu ampunan dosa.

Mengapa umat Islam (orang beriman) perlu Meramadankan hati dan pikiran? Sebab hati dan pikiran adalah komponen utama dalam jiwa manusia. Hati ibarat panglima, pikiran adalah wakilnya. Di dalam hati bersemayam penyakit-penyakit berbahaya seperti iri-dengki, sombong, pamer,dll. Ketika anasir tersebut over produktif dalam diri manusia, maka akan melahirkan ucapan, sikap, perilaku dan tindakan yang akan merugikan diri sendiri maupun orang lain. Wujudnya bisa kesewenang-wenangan, berbuat keonaran, keangkuhan, kesombongan maupun kepongahan.

Aktualisasi semua anasir jahat yang ada dalam hati tersebut dalam kehidupan sehari-hari adalah pikiran (akal). Pikiranlah yang akan menjabarkan secara rinci langkah maupun strategi guna mewujudkan iri-dengki, sombong, pamer dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat. Aktualisasi bisa saja dilakukan melalui simbol bahasa, bangunan rumah, kendaraan, gaya hidup konsumtif, merasa paling benar dll.

Oleh sebab itu untuk mencairkan, mengurangi, menekan, meminimalisir anasir jahat yang tumbuh di dalam hati tersebut, Allah SWT memberikan sarana jembatan panjang yang namanya "puasa".Yaitu laku langkah "lahir dan batin" dalam pengendalian diri. Langkah lahirnya tidak makan, minum di siang hari. Langkah batinnya mengendalikan diri tidak berbicara bohong, kotor, merasa "paling benar", paling hebat, paling berkuasa, paling super, paling populer, paling pandai, dan paling-paling lainnya. Semua ini adalah cermin kesombongan dan sifat membanggakan diri.

Agar dalam proses penempaan selama satu bulan penuh tadi memperoleh hasil yang produktif, Nabi Muhammad SAW (sebagai pembawa risalah) mengingatkan kepada orang Islam (orang beriman) agar dalam "puasa" tidak hanya memeroleh lapar dan dahaga saja. Ini artinya bahwa "puasa" adalah benar-benar proses penempaan lahir dan batin. Diharapkan melalui lapar dan dahaga sebagai proses lahiriyah, dapat melahirkan "resonansi" batiniyah manusia menekan anasir jahat yang ada di dalam hatinya.

Maka perintah puasa hasil akhirnya adalah menjadi orang yang bertaqwa. Begitu pentingnya perintah puasa bagi orang yang beriman, kiranya mustahil predikat orang bertaqwa hanya memperoleh kemampuan lapar dan dahaga semata. Tentu harus ada perubahan secara bertahap dan berkesinambungan tentang "olah batinnya" pasca menjalankan perintah puasa.

Sebagai ilustrasi, ketika seseorang tahun kemarin mempunyai "profil batiniyah" "sangat senang menghina orang lain". Setelah tahun ini menjalankan puasa/syiam selama satu bulan, ada perubahan batiniyahnya yaitu "senang menghina orang lain". Tahun berikutnya puasa lagi, ada perubahan  menjadi "kurang senang menghina orang lain". Pada tahun berikutnya menjadi "tidak senang menghina orang lain". Apabila kategori sangat senang diberikan skor 4, senang siberikan skor 3, kurang senang diberikan skor 2, tidak senang diberi skor 1, maka setiap tahun berpuasa terdapat penurunan skor penyakit hatinya.

Itulah gambaran nilai-nilai Ramadan yang "aplikatif dan fungsional". Bukan sebaliknya nilai Ramadan yang ritualisme, abstraks, rutinitas maupun imajinatif. Nilai-nilai Ramadan bisa kita "bumikan" dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah tangga, berteman, di kantor, tempat kerja dan tempat kita berselancar membangun kebahagian ukhrowi/akhirati.  Oleh sebab itu tidak ada salahnya kita Me Ramadankan Hati dan Pikiran. Mohon maaf apabila kurang berkenan!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun