Mohon tunggu...
Cipta Mahendra
Cipta Mahendra Mohon Tunggu... Dokter - Dokter yang suka membaca apapun yang bisa dibaca.

Kesehatan mungkin bukan segalanya, tapi segalanya itu tiada tanpa kesehatan.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

"Ngutang" untuk Saham

1 Februari 2021   04:07 Diperbarui: 1 Februari 2021   04:12 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Saya menyimak pemberitaan bahwa baru-baru ini sedang marak orang-orang mencoba peruntungan dengan bermain saham. Tidak tanggung-tanggung, ada yang bermain sampai ratusan juta, bahkan ada juga yang sampai berhutang untuk dapat modal uang awal untuk ditukar dengan lembaran-lembaran saham.

Saya bukan ekonom yang ahli di bidang persahaman dan keuangan, tetapi saya sedikit banyak juga membaca satu dua hal seputar saham. Di sini kapasitas saya membahas fenomena ini dari sudut pandang seorang nonekonom. Saya ingin sekali rasanya mencelotehkan isi pikiran dari kepala saya untuk orang-orang yang, menurut saya, terlalu gelap matanya ini.

Apa sih saham itu sebenarnya? Saya mengutip pengertian dari lembaga Indonesia Stock Exchange (IDX): tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Arti sederhananya dengan kata lain yaitu bahwa saham menunjukkan bukti kepemilikan kita atas sebuah badan usaha yang kita pilih melalui pemberian kapital berupa uang. Dengan pembelian saham, berarti kita menaruh uang kita sebagai modal perusahaan atau badan usaha untuk dipakai mengembangkan bisnisnya. Kita ikut serta dalam kelangsungan dan hidup matinya perusahaan atau badan usaha yang kita tanamkan uangnya itu, perusahaan yang dijalankan roda bisnisnya oleh orang lain yang biasanya tidak kita kenal secara pribadi.

Sebagaimana sebuah koin yang selalu memiliki dua sisi, apapun hal di dunia ini menganut filosofi koin itu. Dimana ada peluang keberhasilan, disitu juga selalu disertai risiko kegagalan. Dalam bidang saya sebagai seorang dokter umum pun, peluang keberhasilan dan kegagalan selalu ada. Terapi yang berhasil patut disyukuri, tetapi terapi yang gagal perlu diakali dengan mengubah terapi ataupun merujuk ke fasilitas atau dokter spesialis yang lebih berpengalaman. 

Sama untuk bisnis menurut saya, keberhasilan membawa keuntungan namun kegagalan artinya berujung kerugian, yang berwujud berupa hilangnya modal uang awal. Inilah menurut saya, mindset paling pokok yang seharusnya dicamkan setiap orang yang ingin memulai bisnis. Dalam arti konkretnya, semua yang bermain saham harus siap untung siap rugi. Tidak ada usaha apapun yang bisa menjamin risiko gagal nol persen.

Sekarang kembali ke persoalan awal. Membeli saham menggunakan uang hasil berhutang artinya menaruh posisi kita sudah dalam keadaan awal tidak menguntungkan: titik mulai/start minus. Disini kita sudah mulai dengan sebuah beban yang mengharuskan kita untuk mengembalikan titik itu ke titik netral atau nol. Bagaimana caranya? Ya harus untung artinya. Modalnya harus bisa kembali, ditambah pula dengan labanya. Mengapa begitu? Sebab pada umumnya pinjaman hutang itu pasti ada bunganya, apalagi jika pinjamannya itu didapat dari pinjaman online, yang sudah terkenal dengan bunga tinggi. Sekali lagi, ini baru untuk soal mengembalikan modal hasil hutang pinjaman (plus bunganya), belum untung bersihnya. 

Saya membayangkan seperti akan sulit sekali menemukan bisnis atau usaha yang untungnya bisa terus-terusan dan tinggi pula, apalagi di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. Usaha lagi sulit, kok malah getol sekali membeli saham, di saat orang-orang kaya justru sekarang lebih mau menyimpan hartanya (dalam bentuk emas) di bank, sampai-sampai pemerintah kini mengeluarkan imbauan agar masyarakat mau membelanjakan uangnya?

Influencer merekomendasikan sahamnya, katanya begitu. Oh ya, saya tekankan dulu, saya tidak bermaksud mendiskreditkan mereka yang menjadi influencer, tetapi saya hanya mencoba untuk memberi analisis dari pemikiran saya sendiri untuk mencari logika berpikir. Saya juga mendengar di media-media massa bahwa tren bisnis sekarang diperkirakan sedang bersiap untuk kembali bangkit, yang sempat sangat terpukul jatuh ketika awal pandemi. Mungkin dari sinilah awal mula kemunculan tren beli saham; momen yang katanya paling pas, dimana harga saham masih cukup rendah akibat sempat lesu dilumpuhkan pandemi dan menjanjikan untuk kembali berjaya saat nanti pandemi (diharapkan) usai dan bisnis berjalan lancar lagi seperti sediakala. Beli selagi masih murah, kira-kira begitu...

Tetapi itu kan masih dugaan saja sekarang. Belum ada kejelasan pasti kapan persisnya ekonomi akan pulih. Iklim ekonomi masih belum membaik signifikan sampai saat ini. Prediksi badan besar seperti International Monetary Fund (IMF) boleh saja bilang Indonesia akan tumbuh positif tahun ini tetapi itu baru prediksi, belum pasti. Toh peluang salah juga tetap ada; tahun lalu saja meski IMF dikabarkan mengatakan Indonesia masih bisa meraih angka pertumbuhan positif di tahun itu, nyatanya laporan resmi kementerian keuangan justru mencatat angka negatif dua kuartal berturut-turut. Entah bagaimana untuk tahun ini nanti...

Saya rasa pemulihan ekonominya memang suatu saat bisa terwujud tetapi tidak secepat itu. Vaksin saja sampai sekarang masih terbatas untuk tenaga kesehatan dan sejumlah tokoh publik dan pejabat pemerintahan saja; itupun masih belum semuanya. Entah kapan untuk masyarakat luas. Target pemerintah mencanangkan paling cepat bulan Maret nanti baru dimulai vaksinasi untuk masyarakat. Presiden kita sempat juga bilang ingin mempercepat waktunya menjadi sekitar pertengahan Februari. Tapi sekali lagi, itu masih target. Kapan baru beneran terlaksana, kita hanya bisa menunggu.

Dan kalau ekonomi perlu waktu untuk pemulihan, bagaimana caranya kita bisa mendapat keuntungan saham segera dan banyak dalam waktu singkat? Sulit saya kira. Sementara itu, bunga hutang semakin lama semakin membengkak. Entah bagaimana cara membayarnya itu. Saya yang tidak bermain sahamnya saja pusing, apalagi yang nyemplung kesana...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun