Mohon tunggu...
Cintia Gita Pramesi
Cintia Gita Pramesi Mohon Tunggu... Penulis - Communication | Sharing Oriented | Instagram: gitaaa.c

❝Manusia terhebat dengan ide terhebat sekalipun bisa dijatuhkan oleh orang terkecil dengan pola pikir tersempit—tetaplah berpikir besar.❞ (John Maxwell)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Bullying Jangan Dianggap Sepele

9 Maret 2023   12:44 Diperbarui: 9 Maret 2023   13:06 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bullying di Lingkungan SD | Free Pics Canva.com

Pembullyan yang terjadi di lingkungan Sekolah Dasar (SD) masih sering terjadi. Hasil riset Programme for International Students Assessment (PISA) di tahun 2018, anak dan remaja di Indonesia mengalami 15% intimidasi, 19% dikucilkan, 22% dihina, 14% diancam, 18% didorong sampai dipukul teman dan 20% digosipkan kabar buruk. 

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) Anggin Nuzula Rahma menjelaskan KPAI mendata jumlah korban dan pelaku bullying sejak tahun 2011-2019, tercatat 574 anak laki-laki dan 425 anak perempuan menjadi korban bullying dengan jumlah pelaku bullying sebesar 440 anak laki-laki dan 326 anak perempuan. 

Data tersebut adalah data yang tercatat di KPAI. Bagaimana dengan data jumlah korban bullying yang tidak terlaporkan? Tentu datanya akan lebih banyak.

Kasus-kasus pembullyan yang terjadi mengakibatkan korban butuh pertolongan. Salah satu kasusnya adalah seorang anak SD di Banyuwangi memilih untuk bunuh diri setelah sering dibully oleh teman-temannya lantaran ia tidak punya ayah. 

Berita tersebut menjadi duka mendalam bagi keluarga, bagaimana bisa seorang anak SD memilih untuk mengakhiri hidupnya? 

Fenomena pembullyan di lingkungan SD tidak bisa diabaikan begitu saja hanya karena mereka masih anak-anak, justru sebagai orang dewasa kita harus lebih memperhatikan dan turut campur tangan untuk menghentikan perilaku tidak beretika yang terjadi sejak dini.

Pembullyan di Lingkungan SD Jangan Dianggap Sepele

Masa-masa SD adalah masa seorang anak masih mencari jati dirinya dan sering kali menganggap banyak hal sebagai candaan hingga tidak mengetahui batasan-batasan dalam bercanda. 

Di usia yang masih sangat muda, peran orang dewasa baik guru maupun keluarga sangat penting untuk memberikan edukasi bagi anak-anak agar tidak menjadi pelaku bullying.

Dampak dari pembullyan yang terjadi di lingkungan SD dapat menyebabkan luka psikis dan emosional bagi korban.

Meskipun korban tidak menunjukkannya secara langsung namun kepercayaan diri korban akan terkikis dan memorinya dipenuhi dengan hal yang tidak menyenangkan yang ia terima. 

Guru dan keluarga tidak bisa menganggap sepele permasalahan yang terjadi antar anak SD karena mereka masih belum bijak dan belum mengenal baik dan buruk secara luas, sehingga masih perlu diperhatikan dan diberi edukasi agar tindakannya tidak menyebabkan hal-hal yang membahayakan.

Pembullyan seharusnya tidak hanya diakhiri dengan teguran, tetapi harus ada pemantauan baik dari sisi tontonan, sosial media, dan pergaulan anak.

Selain itu guru dan keluarga harus memastikan bahwa pelaku bullying jera dan korban bullying tidak mengalami kejadian serupa.

Tak jarang terucap "Maklum masih anak-anak, bercanda aja itu, wajar masih anak-anak" ketika terjadi indikasi pembullyan di lingkungan SD, tetapi argumentasi tersebut seolah menormalisasikan pembullyan dengan alasan masih anak-anak. 

Justru karena mereka masih di usia yang sangat muda maka mereka harus diberi pemahaman mana yang baik dan yang buruk supaya tidak menjadi kebiasaan yang dianggap wajar. 

Rasa sedih dan terpuruk yang dialami korban pun tidak bisa dianggap hal yang biasa saja, tetapi kita sebagai orang dewasa harus memberikan pertolongan agar psikis dan emosionalnya bisa kembali pulih. 

Sekali lagi, pembullyan di lingkungan sekolah dasar tidak bisa dianggap sepele. Mereka butuh perhatian dan pertolongan dari orang dewasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun