Mohon tunggu...
Cindy Pratiwi
Cindy Pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Sibling Rivalry Membuat Anak Anda Tidak Akur?

7 Maret 2023   21:23 Diperbarui: 7 Maret 2023   22:11 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Victoria Akvarel on Pexelshttps://www.pexels.com/photo/angry-little-brothers-fighting-and-pulling-toy-to-sides-4140308/

Apakah anak anda sering bersaing untuk memperebutkan kasih sayang anda?

Bisa jadi itu adalah sibling rivalry. Yuk simak pembahasannya!                  

Sibling rivalry dapat diartikan sebagai suatu bentuk persaingan yang terjadi antara saudara kandung karena seseorang merasa takut kehilangan kasih sayang dan perhatian dari orang tua. Akibatnya, banyak pertentangan terbentuk, dan pertentangan itu dapat memiliki dampak negatif pada penyesuaian pribadi dan sosial individu. Sibling rivalry biasanya muncul pada masa anak usia dini atau early childhood.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sehingga anak mengalami sibling rivalry. 

  • Perbedaan usia yang dekat tantara kakak dan adik
  • Pemutusan ASI yang dilakukan secara mendadak
  • Kesibukan orang tua dan kurangnya perhatian
  • Persiapan orang tua yang kurang dalam menghadapi kelahiran adik
  • Perilaku spesial dari orang tua dan pola asuh over protective.
  • Karakter anak

Ada berbagai dampak dari sibling rivalry terhadap saudara, yaitu tidak mau berbagi terhadap saudara, sifat agresi, tidak mau mengalah, saling mengadukan kesalahan saudara, tidak mau membantu saudara, bahkan perkelahian antar saudara. Selain dampak pada antar saudara, sibling rivalry juga memiliki dampak pada orang lain. Ketika hubungan anak dan saudaranya kurang baik, maka pola hubungan yang kurang baik tersebut sering dibawa anak kepada pola hubungan sosial di luar rumah.

Dampak sibling rivalry yang lebih spesifik lagi terbagi menjadi tiga. Berikut adalah uraiannya:

Dampak terhadap diri sendiri

  • Muncul temper tantrum anak. Anak mengekspresikan emosinya dengan berteriak, menangis kencang dan melempar barang. Anak menjadi sensitif dan mudah tersinggung. Anak mudah marah bahkan terhadap hal-hal kecil sekalipun.
  • Perasaan dendam yang muncul terhadap saudara. Perasaan dendam pada adik terlihat saat adik sudah tumbuh besar dan dapat membalas apa yang telah dilakukan oleh kakaknya dulu.
  • Emosi anak yang meledak-ledak. Reaksi tersebut timbul ketika anak merasa orang-orang di sekitarnya lebih memperhatikan adik daripada dirinya sendiri.
  • Munculnya regresi atau perilaku yang kembali pada tahap perkembangan yg dulu. Regresi yang dialami seperti mengompol dan bertingkah laku seperti bayi.

Dampak terhadap saudara kandung

  • Sifat agresi fisik maupun verbal, seperti memukul menampar, menendang dan mencaci.
  • Tidak mau berbagi kepada saudara. Ketika adik memintai apa yang ia miliki, maka ia akan berperilaku agresi dan marah.
  • Tidak mau membantu saudara. Anak cenderung merasa puas jika saudaranya mengalami kesulitan.
  • Mengadukan saudara. Anak-anak saling mengadukan saudaranya bahkan berbohong agar saudaranya terlihat jelek di mata orang tua.
  • Dampak dominasi, dimana kakak mengatur dan menentukan hal yang harus dilakukan adik, sehingga adik merasa tidak bebas.
  • Dampak model negatif. Hal ini terlihat saat adik beranjak dewasa dan meniru apa yang dilakukan kakaknya dulu.

Dampak terhadap orang lain

  • Perilaku buruk yang ditunjukkan pada orang luar, seperti mencakar, memukul, serta mencaci.
  • Tidak memiliki teman baik. Hal ini terjadi karena pola hubungan buruk yang terbawa ke lingkungan sosialnya.

Sibling rivalry yang tidak segera diatasi dapat memunculkan delayed effect. Apa itu delayed effect? Delayed effect merupakan suatu kondisi dimana pola perilaku yang tersimpan di alam bawah sadar anak-anak usia 12 sampai 18 tahun muncul kembali setelah bertahun-tahun dalam berbagai bentuk dan perilaku psikologikal yang merusak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun