Mohon tunggu...
Cindy PradythaDiputri
Cindy PradythaDiputri Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Gemar megabadikan kenangan dalam tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ibu Pahlawan Sesungguhnya

6 Desember 2022   09:24 Diperbarui: 6 Desember 2022   09:29 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Cindy Pradytha Diputri *)

Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi, tak harap kembali. Bagai sang surya menyinari dunia. Lagu itu seakan tidak asing bila kita lantunkan, lirik yang menyiratkan makna luar biasa, suatu keadaan nyata, dan lagu yang selalu kita nyanyikan semassa kita kanak-kanak dahulu. Akankah sekarang kita pun masih menyanyikannya? Mungkin sebagian anak akan lupa dengan lagu ini.

Bila kita bertanya tentang hari ibu, pasti semua orang berbeda-beda cara pandang dan memaknainya. Memang hari ibu Nasional diperingati setiap 22 Desember, tetapi sebenarnya hari ibu sudah semestinya diperingati setiap hari. Karena ibu adalah orang yang akan selalu sigap setiap waktu, selalu mendengarkan keluh kesah anak-anaknya dalam pelbagai macam keadaan. Sungguh mulia derajatnya.

Ibu adalah lambang surga yang nyata, harumnya semerbak dengan kasih sayang tulus. Menunggu kita yang masih berada di dalam kandungan merupakan kenangan, penantian dan suatu kebahagiaan yang tidak akan dilupa sepanjang massa. Ibu selalu sabar menanti, di saat kandungan mencapai 120 hari, saat itulah Allah mengutus malaikat-Nya untuk meniupkan ruh kedalam jasad. Menetapkan jalan kehidupan, kebahagiaan, kesedihan saat di dunia maupun akherat. Seperti kabar beliau Nabi Muhammad Saw. "Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptanya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi alaqah (segumpal darah), lalu Mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan empat kata: Rizki, Ajal, Amal dan Celaka atau bahagianya. (H.R. Bukhari dan Muslim).

Di dalam kandungan, kita menggerak-gerakkan anggota tubuh. Menendang-nendang perut beliau sebagai tanda bahwa kita ada didalam kandungannya. Ibu tidak pernah mengeluh atas perlakuan kita yang menggerak-gerakan anggota tubuh semena-mena, ia bahkan tersenyum bahagia walau perutnya menahan rasa sakit, seiring bertambah berat badan dan usia kita didalam kandungan.

Seorang Ibu, ketika ia dihadapkan dengan pertaruhan dua pilihan. Antara hidup dan mati. Sudah pasti kita ketahui jawabannya, ia akan memilih untuk menyelamatkan diri kita dari pada mengutamakan nyawanya. Seluruh lelah, penat, dan payah akan terhapus di kala ia mendengar tangis buah hatinya untuk pertama kali, melihat tubuh merah mungil kita yang sangat lucu baginya. Beliau sangat lega, pertanda kita terlahir dengan selamat ke dunia. Air mata mengalir dipipinya, seraya melengkungkan bibir kebahagiaan yang tiada tandingan.

Jika setiap bangsa memiliki pahlawan, maka kita pun sungguh memilikinya. Pahlawan kita adalah Ibu. Ibu yang rela berkorban mati sampai titik penghabisan. Seperti apapun dan bagaimana pun beliau, tetaplah ia derajat yang paling mulia. Bidadari tanpa sayap, pahlawan tanpa tanda jasa sepanjang hayat. Memperlakukan anaknya istimewa hingga dewasa, meski kadang dikecewakan. Seiring bertambah dewasa, ilmu pengetahuan dan globalisasi sangat menuntut kita. Tidak jarang anak dalam menimba ilmu sampai harus menjauh dari ibu. Seperti pepatah "tuntutlah ilmu sampai negeri China" maka kadang anak pun sangat jauh jaraknya.

Dari kewajiban menuntut ilmu tersebut, muncullah benih masalah. Kurangnya komunikasi antara anak dengan Ibu, kadang Ibu dikesampingkan oleh adanya seseorang yang baru. Ada pula sampai menyepelekan kabar dari Ibu, padahal beliau di rumah sangat merindukan kita sebagai anaknya. Karena kita terlalu sibuk dan lelah atas aktifitas, menganggap rindu seorang Ibu adalah hal yang biasa. Padahal keridoan Allah terletak pada keridoan Ibu. Seharusnya di samping kewajiban menuntut ilmu, kita juga jangan terlena dalam mengutamakan kewajiban yang jauh lebih penting, yaitu "Ibu".

Di zaman ini, tidak banyak pula Ibu menuntut anaknya agar seperti yang diinginkannya. Misalnya anak bercita-cita ingin menjadi Guru, dipaksakan untuk menjadi Dokter. Tentu banyak faktor yang melatar belakangi Ibu dalam menuntut. Hal ini memang terlihat kecil dan spele, tetapi dibalik itu ada paksaan yang membuat anak merasa tidak nyaman. Mereka tertekan oleh hal yang tidak ingin dikehenendakinya. Dalam prosesnya kadang tidak maksimal sesuai tuntutan Ibu dan Ayahnya, itu karena mereka tidak menyukai hal yang dipaksakan tersebut.

Ketika anak memasuki ranah bekerja, ia berkeinginan membahagiakan Ibunya dengan kerja keras. Menganggap tahta dan harta adalah solusinya. Sungguh, ketahuilah bukan hal yang semacam itu yang diinginkannya oleh Ibu. Ibu hanya ingin melihat anaknya bahagia disertai rasa berbakti anak kepadanya, rasa hormat yang tersirat, rasa cinta yang luar biasa. Bukan dengan harta yang melipat ganda. Seperti firman Allah "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang, Ibu dan bapaknya, Ibu yang mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun (QS. Al-Ahqaf 15).

Sudah semestinya anak harus berbakti kepada kedua orang tua, khususnya seorang Ibu. Mulailah anak berkomunikasi dengan Ibu walau mereka terasa jauh, tidak akrab atau canggung. Hilangkan rasa gengsi, selalu rendah hati dan meminta maaf atas perlakuan kita yang keliru. Percayalah seorang Ibu akan selalu mendoakan yang terbaik untuk anaknya dalam keheningan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun