Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Manusia Sia-sia

21 Januari 2021   05:58 Diperbarui: 21 Januari 2021   06:02 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by pixabay.com

"Kau baru aku bilang begitu saja sudah bingung. Apalagi kalau aku ajak ngobrol yang lain."

Jam sudah menunjukkan pukul 2 Pagi. Eliz sudah mulai mengantuk. Mata dan kelopak yang penuh dengan keriput sudah mengajakknya menguap berkali-kali. Belum ada obrolan apapun antara aku dan Eliz. Lagipula Eliz mungkin masih berduka, mungkin besok pagi adalah waktu yang tepat aku ajak bicara Eliz.

"Eliz kau sudah mengantuk. Tidurlah. Biar aku yang menjagamu."

"Kau mau jaga atau jegal aku?"
"Aku jaga kamu Eliz. Aku belum mengantuk, biar aku baca buku-bukumu saja. Boleh?"

"Kau suka baca?. Hei siapa namamu? Aku lupa tanya namamu."
"Namaku Drew Lavya. Orang lain biasa panggil aku Dru saja."
"Ya, panggilanku untukmu Ya."

Eliz tersenyum, berjalan menuju Kasur kasarnya. Diambilnya selembar selimut tipis di sudut lemari. Sedikit berolahraga, lalu Eliz perbaiki posisi bantal dan gulingnya. Ditepuk-tepuk Kasur kasarnya.

"Eliz, kau tidur di atas triplek?"
"Bukan, ini aku lapisi kain-kain tebal. Cukup empuk untuk kita tidur berdua. Kau tidurlah di sini di dekatku!"

"Aku belum ngantuk, sudah kubilang tadi."
"Kau tidak akan membunuhku bukan?"
"Apa, hei Eliz. Apa alasanku untuk membunuhmu?"

"Entahlah, kau tahu siang tadi ada banyak perempuan muda sepertimu lalu dia buat foto dan video tentangku kemudian mereka buat berantakan isi rumahku dan setelah itu mereka tertawa-tawa sambil mereka telponan."
"Setelah itu mereka pergi?"
"Kata mereka, mereka akan dapat uang banyak dariku. Jika aku berkenan untuk sedikit menyakiti diriku maka uang mereka akan bertambah banyak dan aku akan mereka buatkan rumah yang bagus."
"Kau percaya?"
"Entahlah, aku tak jawab apapun terhadap mereka."

"Tidurlah Eliz. Tujuanku kesini hanya ingin ngobrol denganmu. Kau tampak lelah, istirahatlah. Aku akan menyusulmu nanti."

Tak sampai satu menit, sudah terdengar suara Eliz mendengkur. Guratan wajah lelah jelas tergambar dari Eliz. Tuhan, aku ini mahluk tak tahu diri. Di depanku seorang  wanita tua yang baru saja ditinggal suaminya, sekarang dia hidup sendiri dan dia masih baik-baik saja. Sementara aku, ribut sedikit dengan Bram seolah menjadi wanita paling sengsara sedunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun