"Maksud kamu apa sih Bram. Bisa tidak kamu berhenti omong kosong denganku?"
"Aku tidak omong kosong. Aku serius sama kamu."
"Tapi kamu punya Nadya."
"Tapi kamu punya Bowo."
"Ya sudah."
"Ya sudah apa, Dru?"
"Ya sudah, kita sama-sama punya pasangan. Berhenti untuk berharap saling memiliki."
Kedekatanku dengan Bram sudah hampir dua tahun ini. Jujur aku akui Bram telah memberikan polesan warna pada kehidupan abu-abuku.
Bram telah membuatku memiliki semangat lagi, kembali membuat aku tersenyum lagi dan bisa membuat aku terbahak-terbahak.
Sayang, Bram telah memiliki Nadya. Sekuat apapun keinginanku untuk memiliki Bram tidak akan pernah bisa.
"Dru, kenapa kamu terus-terusan begini. Kenapa kamu tidak memanjatkan doa. Bukankah tidak ada yang melebihi kekuatan Tuhan?"
"Bram, aku tak punya keberanian untuk melepaskan diri dari Bowo dan aku yakin kamu pun begitu."
"Kamu seharusnya punya alasan kuat untuk lepas dari Bowo. Perlakuan tidak menyenangkan Bowo seharusnya bisa membuatmu mengambil sikap."
"Terlalu lama Bowo memperlakukanku tidak baik. Jika tiba-tiba aku ingin sudahi hubungan kami atas alasaan kekasaran verbal dia padaku, aku rasa akan jadi alasan basi untuknya."
"Lalu kamu mau tunggu hingga Bowo menyiksamu secara fisik?"