"Tahu, tahu apa yang warnanya kuning?"
"Den, cing atuh sing pinter saeutik. Kabeh tahu mah koneng."
Semua tertawa, bukan untuk pertanyaan Kang Deni, tapi untuk penilaian Bapak untuk Kang Deni.
"Tebak atuh. Meh rame!"
"Tahu Cibuntu". Teh Hani mencoba menjawab.
"Salah."
"Tahi Kotok."
"Hahahaha, tahi kotok mah coklat atuh."
"Nyerah, nyerah lah Kang."
"Tah, huntu maneh koneng."
Bapak menutup mulutnya, lalu ambil kaca. Sambil meringis bapak bergumam, eh geuning huntu Bapak teh koneng.
"Makanya Pak, bersihin yang bener. Gigi asli, gigi palsu malah warnanya ikutin partainya Bapak.
"Untung Bapak partainya Golkar, coba kalau PDI-P atau PPP."
Wangi bakar daging yang dikipasin Kang Deni sudah mulai tercium. Satu persatu tusukan berwarna coklat kehitaman berjejer rapi di piring yang disiapkan Ibu.