Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepatu untuk Nayla

1 Juni 2020   23:49 Diperbarui: 1 Juni 2020   23:56 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by pixabay.com

Braaak...

Nayla membanting pintu dengan sekuat tenaga. Jendela bergetar, engsel pintu terlepas dan kopi Pak Sis tumpah sedikit membasahi celana putih yang di awet-awet agar tak terlalu sering dicuci. Boros sabun.

Maklumlah sudah mau tiga bulan Pak Sis kehilangan pekerjaan. Pak Sis tak bersalah, hanya kondisi perusahaan yang sudah tak sehat membuat separuh karyawan di perusahaan tempat Pak Sis bekerja harus dirumahkan dan ikhlas mendapatkan pesangon yang tak seberapa.

"Bu, memang Nayla mau beli sepatu yang seperti apa?"
"Itu lo Pak, Sepatu Adinda yang gambar daun singkong tiga."
"Memang ada Bu?"
"La itu lagi ramai Pak. Kata Rini temannya Nayla, harganya satu setengah juta."
"Ya ampun Bu, itu sama saja Bapak harus siapkan uang setara dengan uang makan kita satu bulan."

Penat kepala Pak Sis. Nayla adalah anak semata wayang Pak Sis dan Bu Is.

Usianya sebentar lagi empat belas tahun. Usia yang sedang banyak-banyaknya meniru orang sekelilingnya. Apa saja diikutin, baju, sepatu, model rambut dan masih banyak lagi.

Pak Sis cek tabungannya, tepatnya sisa tabungan. Tinggal tiga juta rupiah. Kalau separuhnya dibelikan untu sepatu Nayla, bagaimana untuk bertahan hidup?. Sementara sudah mau tiga bulan tak ada satu pun perusahaan yang memanggil Pak Sis bahkan untuk sekadar wawancara saja belum ada.

"Nay....Buka pintunya. Bapak mau bicara!"
"Ga mau. Nay ga mau ngomong sama Bapak. Bapak ga ngerti ya perasaan Nayla."
"Bapa ngerti Nay. Makanya Bapak mau bicara. Buka pintunya sayang, kita bicara baik-baik."

Nay membuka pintunya, namun bukan untuk bicara baik-baik dengan Pak Sis.

"Ga mau. Paling juga mau ngerayu Nay biar ga merengek. Iya kan?. Bapak pembohong..."

Braaaak...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun