Satu ketika Sekar termenung, di ujung mendung bersenandung, sebuah kinanti tenangkan hati.
Kubenci lama menunggu
Lelaki pujaan hati
Tak pernah kah kau merasa
Betapa beratnya hari
Kutahu akan bahagia
Kau tak akan ingkar janji
Menghabiskan malam bersama hembusan angin yang tak bersahabat, sungguh menipiskan niat Sekar.
Kurang cantik apa aku? Kurang apa sebenarnya aku? Hingga Hario enggan mendekat. Mulut kecil Sekar tak hentinya mengomentari dirinya sendiri. Hario yang sangat dia puja, seperti menjaga jarak dengannya.
"Hei, dia bukan enggan mendekat." Angin berseloroh.
"Lantas, alasan apa yang dapat aku terima?"
"Teragungkanlah sebuah cinta karenanya. Begitu hati-hati dia labuhkan hati."
"Maksudmu? Aku perempuan sembarangan?"