Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lungo Dewe

25 Desember 2019   23:05 Diperbarui: 25 Desember 2019   23:09 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by : designbundels.net

Rupanya bukan karena saling cinta, memang sudah saatnya mengikat janji. Celakanya yang terburu-buru ingin mengikat janji bukan aku, tapi Ibu dan Bapa yang merasa anak gadinya sudah cukup dewasa juga sudah bekerja, lantas menunggu apalagi.

Ah Ibu, apa sebegitunya aku menyusahkan ibu dan bapa hingga aku ditanya selalu kapan menikah? Aku kan anak yang baik bu, ga suka nyusahin orang.

Kata ibu kelamaan nikah namanya nyusahin, soalnya tetangga mulutnya banyak banget sampe ibu kesal sendiri, kuping udah gemerincing macam kucing dikasih kalung biar kalau hilang cepat ketemunya.

Sempat aku berkelit, ya udah sih bu tetangga yang bawel ko kita yang kesel. Yaiya lah orang kamu dikatain perawan tua kan ibu jadi emosi, makanya cepatlah nikah tunggu apalagi, lawong pacarmu udah tergila-gila begitu. Ibu cuma khawatir dia gila beneran ngejar cintamu.

Dengan alasan bahwa aku tak mau jadi anak durhaka maka aku putuskan iya atas keinginan ibu. Aku sampaikan pada pacarku saat itu bahwa aku siap menikah. Padahal kalau aku ingat-ingat aku tidak punya kekuatan apapun untuk menikah. Menikah seperti apa aku tak paham, nanti harus bagaiman juga sangat tidak tahu. Celakanya atas alasan itu pula, kemudian aku menjadi sebatang kara dan terasing dalam kebisingan.

Aku dan dia rupanya sangat berbeda. Menurutku pasangan itu memang tidak ada yang cocok, tapi bagaimana cara kita saling mencocokkan.

Semua kebaikan yang aku pikirkan rupanya tidak berujung baik, dengan sekuat tenaga aku berusaha menjadi pasangan yang baik, aku mencoba sangat memahami bahkan aku rela melepas segala kebiasaanku agar pasanganku bahagia. Kata ibu, tidak ada yang tidak bisa kamu lakukan kalau kamu mau.

Baik Bu, aku siap melakukan apapun dan aku yakin aku bisa karena aku pun paham bahwa ibu selalu mendoakan agar aku tidak mengecewakan menantunya.

Bu, sepertinya ibu melewatkan satu hal. Ibu melewatkan hal yang sangat penting yang berakibat kronis bila terus aku paksakan. 

Dengan yakin aku menyadari bahwa pernikahan itu adalah menyatukan yang berbeda menjadi satu. Tapi bu tidak semua perbedaan bisa dijadikan satu, terlebih bila yang mau bersatu hanya aku seorang. Bu, dari awal memang sudah berbeda, dan menurutku ini sangat krusial. Sekalipun aku dan dia seiman rupanya ada beberapa hal yang pernah memoles dia yang sangat menentukan masa depan pernikahanku.

Inilah kebohongan dia yang sangat aku tidak terima. Seandainya aku tahu bahwa ada perbedaan di awal, tak akan kubiarkan hatiku berlabuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun