Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rindu yang Mengumpat

2 September 2018   00:05 Diperbarui: 2 September 2018   00:13 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(animaxwallpaper.com)

Tidak ada satu teoripun menyebutkan bahwa untuk menggemakan suatu rindu diperlukan syarat tertentu, artinya siapapun, bagaimanapun, apapun dengan alasan apapun boleh mengatakan dan menyampaikan Rindu.

Yang membedakan adalah bukan dari arti rindu dan siapa pemiliknya, namun untuk siapa rindu itu akan disampaikan.

Dari sekian rasa yang aku miliki, tak bisa kupingkiri,aku memiliki jenis rindu yang mengumpat. Rindu yang terselip dan tersembunyi, yang pada saat aku ingin sampaikan, rasa itu akan tertahan, tak memiliki arah, tak memiliki tujuan, dan terbias dengan segala caranya, sehingga aku hanya bisa berbisik dengan telingaku sendiri, berteriak dalam ruang gemaku sendiri dan berbuah umpatan rindu yang teramat sangat, yang pada akhirnya aku berhasil melempar umpatan rinduku, kaca diujung ruangku tertunduk berhasil menangkap dengan sangat baik. Jelas saja dia mau menangkapnya, umpatan rindu sama manisnya dengan kata cinta yang disampaikan seseorang pada yang terkasih.

Aku rindu suaramu, suara bijakmu. Suara yang mampu membuatku bergetar saat aku mendengarnya, suara yang mempu menghilangkan konsentrasiku saat sampai di telingaku, suara yang membuatku jadi seorang komposer dan konduktor secara tiba-tiba lalu aku buatkan not balok dari suaramu itu dan kuarahkan semua personil ku, aku bagi menjadi format solo, duo dan trio sehingga menghasilkan alunan yang sangat indah. Itulah suaramu.

Padahal naluri cenayangku berkata, suara beratmu itu mengandung banyak hal, hawa nafsu dan emosi tampak nyata tersirat dari sekian detik sorot mata yang terkadang kau arahkan kemana saja. Entah apa yang mengelabui pikiran bawah sadarku, pada saat yang sama aku gambarkan dirimu menjadi sosok seorang yang lain. Aku bertepuk tangan melihatmu emosi, sorot mata tajammu sangat bisa aku nikmati pada saat seperti ini. Aku gembira melihatmu separuh nyawa, pada saat yang sama aku mampu melihat kelemahanmu dan aku menikmati keresahanmu, saat itulah aku mampu melihatmu seutuh yang aku mau. Setidaknya kau sudah bekali aku dengan slide sempurnamu yang dapat aku simpan di memoriku dengan indah, tidurku tak akan gelisah, kuota untuk membawa virtual mu sudah terpenuhi.

Konon katanya manusia itu penuh misteri, jangan kau berlaku seperti itu. Hal itu hanya akan membuatku semakin tergila-gila. Makin sulit aku menjauh, makin tinggilah keinginanku untuk selalu merasakan hadirmu.

Kau sungguh buat ku sengsara, hidup macam apa ini ???

#02 September, 2nd click

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun