Guratan pena yang sudah berubah wujud menjadi tempat pelampiasan malam-malamku. Aku yang memilih untuk diam cukuplah bercengkrama dengan layar kecilku dan segelas kopi hitam tak bergula. Dalam jeda aku pandangi lekat-lekat secangkir kopi yang entah darimana asalnya, aku menemukan tawa didalamnya. Pantas saja orang bisa berlama-lama dalam menghabiskan kopi, menurutku kopi memberi banyak cerita untuk setiap penikmatnya.
Lain orang lain cerita, saat ini aku punya banyak alasan kuat untuk menikmati kopi. Setiap tegukan yang kuambil ada satu episode rasa yang kutandai.Â
Aku tak pernah menebak di titik mana aku meluncur jauh. Namun  rasanya aku perlu akar penguat agar aku tak ikut terjun terlalu jauh.Â
Beruntung aku masih dapat bertahan, tercipta cinta yang mampu menopangku.
Sendiri adalah hal yang begitu mengindahkan, aku merdeka untuk mengatakan apapun, hanya hati dan otak saja yang saling mengerti.
Namun kali ini bukan hanya hati dan otakku yang saling mengerti, jantungku ingin ikut mendampingi malam-malamku.Â
***
Aku mencoba untuk terlelap, berharap hati, otak dan jantungku dapat memberikan mimpi yang indah malam ini. Aku perlu itu.
Konon orang bercerita, pikirkan saja, maka kau akan dapat bermimpi dengannya.
Baiklah, aku akan mulai pikirkan...
***