Mohon tunggu...
SUSANTY
SUSANTY Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya orang yang bersemangat dan terbuka

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental Anak-Anak Kita

30 September 2022   06:55 Diperbarui: 30 September 2022   15:55 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Tidaklah mudah menjadi orangtua, kita bukan sekedar menafkahi mereka dengan berbagai macam makanan dan pakaian, bukan hanya membelikan mainan atau kebutuhan lain yang di inginkan, atau menyekolahkan mereka setinggi-tingginya sesuai dengan kemampuan yang ada, namun kita juga harus cerdas memperhatikan kesehatan mental anak yang terkadang tanpa kita sadari bahwa kadang kesehatan mental anak-anak kita terganggu, dan sebagai orangtua berperan dalam menyebabkan hal kitu terjadi.

Sering kita melihat anak yang selalu menentang orangtuanya, selalu bertengkar, bahkan sampai melarikan diri dari rumah. Orang yang melihat atau yang mengetahui ceritanya dari orangtua yang bersangkutan terkadang menyalahkan sang anak sebagai anak yang pembangkang, susah di atur, bahkan di label sebagai " anak nakal". Lalu menyalahkan lingkungan yang menyebabkan anak mereka jadi seperti itu. Padahal jika diselidiki lebih jauh, seringkali sikap mereka di sebabkan oleh perlakuan orangtuanya sendiri.

Ini yang paling sering saya temui ketika mengajar di sekolah. Terutama pada anak yang duduk di kelas XII, kebetulan saya mengajar di salah satu SMAN favorit di kota kami. Dan karena sebagai seorang guru, saya pada kesempatan ini ingin fokus membahas tentang tekanan mental yang dirasakan sebagian siswa kelas XII dalam hal memilih jurusan studi lanjutannya.

Para siswa banyak yang dekat dengan saya, karena kami bukan hanya sebagai guru dan siswa saja, tapi saya juga menempatkan diri sebagai ibu kedua mereka di sekolah, dan sebagai sahabat mereka. Pembelajaran kami selalu asik dan menyenangkan karena kami sering menyelipkan guyonan dalam proses pembelajaran. Dan belajar, tidak sekedar materi pelajaran saja, terkadang saya menyelipkan motivasi dalam bentuk penguatan dalam agama, psikologis, membagi pengetahuan dalam hal seksualitas agar para siswa saya bisa lebih baik menjaga diri terhadap lawan jenis, bagaimana cara berhubungan yang menyenangkan sesama teman, dll.

Nah, yang sering terjadi adalah, sebagian siswa mengeluh karena mereka dipaksa oleh orangtua mereka untuk memilih jurusan di perguruan tinggi yang tidak sesuai dengan keinginan mereka sendiri, sehingga menjadi konflik.

Ada konflik terbuka yang membuat mereka jadi bertengkar dengan orangtua. Tapi ada juga menjadi konflik tertutup karena siswa atau anak seperti menurut karena tidak mempunyai kemampuan untuk menawar kepada orangtuanya, akhirnya memilih untuk diam dan menurut, namun tertekan. Hal ini bisa menjadi sesuatu yang membahayakan mental anak jika dibiarkan.

Anak ke depannya akan menjadi lebih berat menjalani fase baru kehidupannya sebagai mahasiswa manakala jurusan yang ditempuhnya bukanlah jurusan yang menjadi pilihan hatinya. Di tambah lagi jika kuliahnya di luar kota.

Memang, ada kasus pada anak yang dipaksa mengambil jurusan pilihan orangtuanya, setelah dijalani pada akhirnya bisa menyukai bahkan mencintai jurusan tersebut, tapi ini jarang terjadi. Kebanyakan karena paksaaan tersebut maka anak menjadi terbeban mental, tidak bersemangat untuk menjalani pendidikannya, ujung-ujungnya malah menjadi konflik baru bagi orangtuanya.

Yang parah dan mungkin terjadi jika si anak benar-benar tertekan, dia bisa melakukan hal-hal buruk untuk pelariannya. Sekedar merokok barangkali masih termasuk hal yang ringan, bagaimana jika sudah menyentuh alkohol dan obat-obatan?

Bahkan di luar negeri ada anak yang bunuh diri karena di paksa untuk sekolah dengan jurusan yang bukan diinginkannya.

Sebagai orangtua yang baik, yang pengalamannya lebih banyak dari anak-anak kita, yang cakrawala pemikirannya sudah terisi dengan baik dengan segala macam informasi, seharusnya kita bisa lebih bijak menyikapi hal-hal semacam ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun